Pada 2018, Shanavi Ponnusamy menulis surat kepada Presiden India, Ram Nath Kovind. Dia juga meminta disuntik mati.
Tahun sebelumnya dia mengajukan petisi ke Mahkamah Agung India setelah dia mengaku ditolak bekerja di Air India, yang saat itu merupakan maskapai nasional utama, karena mereka tidak memiliki kebijakan untuk mempekerjakan staf transgender.
Pihak maskapai dan pemerintah tidak menanggapi permohonan itu selama berbulan-bulan. Kemudian, perusahaan menyebut gugatan itu "sembrono" dan mengancam akan menuntutnya karena pencemaran nama baik.
Ketika kasus ini berlarut-larut, memakan tabungannya, Ponnusamy menulis surat kepada presiden.
“Apa yang berubah? "Tidak ada," katanya.
Dia tidak pernah menerima tanggapan dan sekarang Air India telah dibeli oleh sebuah perusahaan swasta yang semakin meredupkan prospek pekerjaan untuknya.
Namun dia telah mengajukan kasusnya ke pengadilan tinggi Madras, meminta kompensasi atas biaya hukum yang dia keluarkan selama ini.
"Jika Anda memiliki sistem seperti ini, bagaimana orang-orang seperti kami akan bertahan?" tanyanya.
(Susi Susanti)