Paus Fransiskus, saat mengungkapkan kesedihannya, memuji cara "indah" orang-orang "bekerja sama untuk menyelamatkan seorang anak".
Para pemain dan penggemar di final Piala Afrika di Kamerun pada Minggu (6/2/2022) mengheningkan cipta untuk menghormati Rayan.
Ayah Rayan, Khaled Awram, telah mempersiapkan sumur itu ketika putranya tersebut jatuh.
Campuran tanah berbatu dan berpasir di lokasi membuat tim penyelamat menganggap membuka lubang sempit sumur air terlalu berbahaya. Mereka akhirnya menggunakan buldoser digunakan untuk memotong parit besar di sebelah sumur.
Tim penyelamat mencoba memberikan oksigen, makanan, dan air untuk Rayan, tetapi tidak jelas apakah dia bisa menggunakannya.
Rekaman pada Kamis (3/2/2022) dari kamera yang diturunkan ke dalam sumur menunjukkan bahwa bocah itu masih hidup dan sadar, tetapi tidak ada pembaruan tentang kondisinya setelah itu.
"Kami berterima kasih kepada Yang Mulia Raja, pihak berwenang dan semua orang yang telah membantu kami," kata ayahnya pada Sabtu malam.
(Rahman Asmardika)