Jenderal AS: Perang Rusia-Ukraina Bisa Meluas ke Timur Tengah

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 11 Februari 2022 09:08 WIB
Jenderal AS: Perang Rusia-Ukraina bisa meluas ke Timur Tengah (Foto: AP)
Share :

WASHINGTONJenderal Angkatan Darat yang mengambil alih sebagai komandan tinggi Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah (Timteng) pada Selasa (8/2) memperingatkan bahwa jika Rusia menginvasi Ukraina, seperti yang dikhawatirkan banyak orang, hal itu dapat menciptakan ketidakstabilan yang lebih luas di Timteng, termasuk Suriah. Namun dia menegaskan jika Iran tetap menjadi ancaman utama bagi AS dan sekutunya di kawasan itu.

Ditanya tentang potensi dampak di Timur Tengah dari potensi invasi Rusia ke Ukraina, Letnan Jenderal Erik Kurilla yang saat ini menjadi komandan Korps Lintas Udara ke-18, mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata di Senat, bahwa dia yakin itu bisa meluas ke Suriah, karena Rusia sudah memiliki pangkalan militer dan pasukan.

“Jika Rusia menyerang Ukraina, mereka tidak akan ragu untuk bertindak sebagai spoiler di Suriah juga,” ujarnya yang sebelumnya menjabat sebagai wakil di Komando Pusat.

Baca juga: Panglima Militer AS dan Belarusia Saling Menelepon, Hindari Salah Perhitungan dalam Latihan Bersama

Kurilla mengatakan setelah sidang dia akan segera menuju Jerman sebagai bagian dari upaya AS untuk meyakinkan sekutu yang khawatir tentang pembangunan militer Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.

Dia menambahkan bahwa AS tidak percaya Rusia ingin berperang dengan negara Paman Sam itu.

Baca juga: Ketegangan di Ukraina, Rusia Gelar Latihan Militer dengan Belarusia Selama 10 Hari

Pada kesempatan itu, Kurilla juga mengatakan China memperluas kekuatan dan pengeluaran keuangannya di wilayah Komando Pusat, termasuk di negara-negara yang dibutuhkan oleh AS untuk mengumpulkan intelijen tentang kegiatan ekstremis di Afghanistan.

“Amerika Serikat menghadapi era baru persaingan strategis dengan China dan Rusia yang tidak terbatas pada satu wilayah geografis dan meluas ke wilayah tanggung jawab (Komando Pusat),” kata Kurilla selama dengar pendapat komite tentang pencalonannya.

“Karena Amerika Serikat secara tepat memprioritaskan persaingan dengan China, kita harus tetap terlibat di Timur Tengah dan Asia Tengah dan Selatan,” lanjutnya.

Di China, Kurilla mengatakan 18 dari 21 negara di wilayah Komando Pusat telah menandatangani perjanjian strategis dengan Beijing, yang telah meningkatkan perkembangannya di Timur Tengah. Dia menegaskan AS harus bisa menandingi China di sana.

Kurilla, seorang perwira tangguh tempur dengan pengalaman luas dalam perang Irak dan Afghanistan, mendapat sambutan ramah dari panel dan diberitahu bahwa dia mungkin akan mendapatkan jabatan itu.

Jika dia mendapatkan pekerjaan itu, Kurilla akan mengambil alih karena Pentagon terus mencoba mengalihkan fokusnya ke Indo-Pasifik dan melawan kebangkitan China, dan untuk meningkatkan pertahanan melawan Rusia di Eropa. Tetapi proksi yang didukung Iran dan Teheran terus melakukan serangan gencar terhadap pasukan AS dan sekutunya di seluruh Timur Tengah, sering kali menghalangi rencana untuk memindahkan lebih banyak pasukan keluar dari wilayah tersebut.

Kurilla akan menggantikan Jenderal Angkatan Laut Frank McKenzie, yang pensiun setelah tiga tahun memimpin komando. McKenzie telah mengawasi waktu yang penuh gejolak di kawasan itu, dengan penarikan Amerika yang kacau dari Afghanistan, pembongkaran Daesh di Irak dan Suriah, dan meningkatnya ancaman dari Iran dan proksinya saat mereka meluncurkan lebih banyak serangan terhadap Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan kapal-kapal di laut.

Senator menanyai Kurilla tentang upaya untuk memantau ekstremis Al-Qaeda dan Daesh di Afghanistan, karena sekarang tidak ada lagi pasukan AS di negara itu. Dia mengatakan upaya terus bekerja dengan negara-negara sekitarnya untuk mengatur kemampuan "over-the-horizon".

AS, yang meninggalkan Afghanistan pada akhir Agustus tahun lalu, telah berjuang untuk bernegosiasi dengan sejumlah negara di kawasan itu untuk mengizinkan penerbangan, pangkalan, atau pengumpulan intelijen lainnya dari dalam perbatasan mereka. Para pemimpin militer mengatakan sulit untuk memantau kelompok-kelompok ekstremis dari jauh karena hal itu membutuhkan penerbangan drone yang panjang yang memungkinkan waktu pengawasan terbatas.

Ditanya tentang bekerja dengan Taliban, Kurilla mengatakan AS harus mengambil pendekatan pragmatis. Dia mengatakan Taliban juga memandang kelompok Daesh sebagai musuh, sehingga mungkin menjadi area kesepakatan yang potensial. Dia juga mengatakan AS harus menemukan cara untuk menangani krisis kemanusiaan di Afghanistan, dan itu mungkin melibatkan bantuan Taliban dengan pengiriman makanan.

Kurilla diketahuin lulus dari Akademi Militer Amerika Serikat di West Point pada tahun 1988, dan telah melayani beberapa tur di Irak dan Afghanistan, memimpin pasukan operasi konvensional dan khusus. Dia memimpin batalyon Stryker di Irak pada 2004. Akibat perang itu, dia sempat tertembak dan terluka.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya