3. Raja Bameswara
Raja Bameswara disebut sebagai raja yang berkuasa selanjutnya di Kerajaan Kediri. Hal ini diketahui dari isi prasasti Pikatan tahun 1117 M. Masa pemerintahan Raja Bameswara banyak catatan yang ditemukan. Prasasti-prasasti ini ditemukan di wilayah Tulungagung dan Kertosono.
Dalam prasasti tersebut banyak memuat masalah keagamaan. Dari kondisi ini bisa diketahui kondisi pemerintahan yang sangat baik.
Tidak diketahui, kapan raja Brameswara turun takhta. Berdasarkan Prasasti Ngantang, raja selanjutnya yang berkuasa adalah Raja Sri Jayabaya.
4. Sri Jayabaya
Dari catatan yang ada, Sri Jayabaya berkuasa sekitar tahun 1135 M hingga 1157 M. Raja ini bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.
Pada masa pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mencapai puncaknya. Pada masa tersebut, Panjalu mampu mengalahkan Jenggala dan menguasai seluruh takhta Airlangga. Dalam pemerintahan Jayabaya, seluruh wilayah Kediri bisa bersatu.
Banyak catatan prasasti yang ditinggalkan pada masa ini. Catatan prasasti yang ditemukan yakni prasasti Hantang (tahun 1135 M), prasasti Talan (tahun 1136 M), dan prasasti Jepun (tahun 1144 M). Tidak hanya itu, terdapat juga karya sastra berupa kakawin Bharatayuddha (tahun 1157 M).
Dalam babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa disebut jika Raja Jayabaya merupaka titisan Dewa Wisnu. Raja ini memimpin negara yang bernama Widarba dengan ibu kota di Mamenang.
Ayah Jayabaya adalah Gendrayana. Gendrayana merupakan putra dari Yudayana, putra dari Parikesit, putra dari Abimanyu, putra dari Arjuna dari keluarga Pandawa.
Permaisuri Raja Jayabaya bernama Dewi Sara. Jayabaya diketahui memiliki 4 anak yakni Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni dan Dewi Sasanti.
Jayaamijaya menurunkan raja-raja di tanah Jawa, bahkan sampai Kerajaan Majapahit dan juga Kerajaan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja dari Yawastina, melahirkan seorang anak bernama Anglingdarma raja dari Malawapati.
Dalam pemerintahannya Jayabaya menerapkan strategi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Kerajaan pada masa ini sangat makmur, baik dari pertanian maupun perdagangan. Secara ekonomi rakyat Kediri kehidupannya terjamin. Kekuasaan kerajaan juga meluas hingga seluruh pulau Jawa dan Sumatera.
Jayabaya turun takhta dengan cara muksa atau hilang tanpa meninggalkan jasad. Sebelum menghilang, Jayabaya bertapa terlebih dahulu di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Setelahnya, mahkota (kuluk) dan juga pakaian kebesarannya (ageman) dilepas, kemudian raja Jayabaya menghilang.
Jayabaya terkenal dengan ramalannya, Jangka Jayabaya. Ramalan ini beberapa sudah terbukti kebenarannya di era peradaban modern saat ini.