KERIS merupakan salah satu senjata tradisional Indonesia. Keberadaannya sudah ada pada zaman kerajaan. Hingga saat ini keris masih dibuat para perajin keris yang sering disebut empu. Beberapa empu ini ada yang menghasilkan keris legendaris. Berikut merupakan perajin-perajin keris yang terkenal.
1, Empu Gandring
Empu Gandring merupakan pembuat keris terkenal pada zaman kerajaan dahulu. Ia berasal dari desa Lulumbang atau Palumbangan, Kecamatan Doko, Blitar. Ia adalah sahabat Bango Samparan, ayah angkat Ken Arok.
Mpu Gandring sering diceritakan dalam kitab Paraton. Ketika itu Ken Arok memesan keris dengan jangka waktu dua belas bulan, namun keris itu berhasil diselesaikan Empu Gandring sebelum tenggat berakhir. Ken Arok justru menikam Empu Gandring dengan keris tersebut.
Sebelum meninggal, Empu Gandring lantas membuat kutukan bahwa tujuh keturunan Ken Arok akan tewas dengan keris tersebut.
Alasan utama Ken Arok memesan keris tersebut ialah agar bisa membunuh Tunggul Ametung, mempersunting Ken Dedes dan menguasai Tumapel saat itu. Keris buatan Empu Gandring tersebut lantas menewaskan beberapa petinggi Kerajaan Singasari. Contohnya ialah Ken Arok, Anusapati, dan Tohjaya. Keris buatan Empu Gandring itu konon memiliki kemampuan supranatural.
2. Empu Supodriyo
Empu Supodriyo merupakan ahli keris Kerajaan Majapahit yang hidup sekitar abad ke-15. Empu Supodriyo adalah suami Dewi Rasawulan, adik Sunan Kalijaga. Sebelum menikah dengan Dewi Rasawulan, ia menganut agama Hindu dan berpindah ke agama Islam setelah berbicara dengan Sunan Kalijaga.
Sebuah legenda mengisahkan Sunan Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris conten sembelih (pegangan lebai untuk menyembelih kambing). Lalu ia diberikan calon besi dengan ukuran sebesar biji asam jawa.
Saat diberikan besi tersebut, Empu Supo kaget karena ternyata sangat berat dan tak seimbang dengan besar wujudnya. Sunan Kalijaga pun mengatakan bahwa besar besi tersebut seperti gunung. Besi itu pun langsung dikerjakan oleh Empu Supo sehingga jadilah keris.
Sunan Kalijaga sangat kagum dan perasaannya tersentuh saat melihat keris itu selesai dibuat. Awalnya besi tersebut ingin dibuat pegangan lebai namun malah menghasilkan keris Jawa asli Majapahit dengan luk tiga belas. Keris itu kemudian dinamai Kyai Sengkelat karena kerisnya berwarna merah.
Empu Supo pun diberikan lagi besi sebesar kemiri dan olehnya dibuat sebilah keris yang mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Sunan Kalijaga menamai keris itu Kyai Carubuk.
3, Empu Sungkowo Harumbrojo
Empu Sungkowo merupakan generasi ke-17 dari Empu Supodriyo, perajin keris dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Empu Sungkowo merupakan perajin keris terkenal di Yogyakarta. Keris buatan putra Empu Djeno Harumbrojo ini pun dimiliki oleh Sultan Hamengkubuwono IX.
Untuk menjadi seorang empu, tidak bisa jika hanya mengandalkan garis keturunan. Sungkowo pun menekuni profesi sebagai perajin keris agar memperoleh gelar empu sejak 1995. Sebelum menekuni menjadi perajin keris, ia sempat bekerja di balai batik. Bengkel kerisnya terletak di Dusun Gatak, Sleman.
Ia juga dulu sering membantu Empu Djeno, ayahnya, saat membuat keris. Saat itu, ia bertugas sebagai panjak atau asistem pembantu empu. Tugasnya ialah menempa besi panas, mengatur bara api, dan membantu proses pengikiran keris. Ia mendapatkan banyak bimbingan selama menjadi panjak. Setelah Empu Djeno meninggal, ia meneruskan warisan ayahnya untuk membuat sejumlah keris.
Peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam membuat keris ialah kikir, palu berbagai macam ukuran, pencapit besi, gergaji, dan peralatan menempa. Dalam proses pembuatan keris, Empu Sungkowo melakukannya secara tradisional. Selain harus melalui 53 tahapan, untuk menghasilkan satu buah keris Empu Sungkowo memerlukan waktu 30 sampai 40 hari.
Saat pembuatannya pun terdapat sejumlah pantangan yang harus dilakukan seperti berpuasa dan ritual-ritual tertentu. (kha)
(Fahmi Firdaus )