CHINA - China telah mengkritik sanksi keras yang dijatuhkan oleh Washington di Moskow atas konflik di Ukraina, dengan mengatakan bahwa pembatasan adalah alat yang salah untuk meredakan krisis yang sedang berlangsung.
"Meningkatnya sanksi tidak membantu meringankan situasi, tetapi hanya menciptakan masalah baru bagi dunia di tengah epidemi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam jumpa pers harian pada Senin (11/4).
“Washington harus mempromosikan perdamaian dengan langkah-langkah praktis, daripada mencoba menggunakan sanksi untuk mempertahankan "posisi hegemoniknya" dan membuat "keuntungan ilegal," lanjutnya.
Zhao menegaskan kembali posisi Beijing bahwa konflik antara Kiev dan Moskow harus diselesaikan melalui dialog.
“Kami mendorong kedua belah pihak untuk menjaga momentum negosiasi dan mengupayakan hasil dan perdamaian,” katanya, seraya menambahkan bahwa China bersedia memainkan peran konstruktif dalam proses ini.
Baca juga: Banyak Kematian Warga Sipil di Ukraina, AS dan Eropa Akan Beri Sanksi Baru ke Rusia
Konflik Ukraina sebagian besar telah menyingkirkan virus corona dari berita utama media di seluruh dunia dalam beberapa pekan terakhir. Tetapi itu tetap menjadi masalah mendesak di China karena negara itu, yang telah mampu secara efektif menahan penyebaran Covid-19 selama sebagian besar pandemi, saat ini mengalami rekor lonjakan infeksi.
Pada Senin (11/4), Komisi Kesehatan Nasional melaporkan 27.595 kasus virus corona baru, yang merupakan jumlah harian tertinggi di China sejauh ini. Episentrum wabah terletak di kota terpadat di negara itu, Shanghai.
Sejak dimulainya serangan Moskow di Ukraina, Beijing telah menolak untuk mengutuk operasi militer Rusia atau menjatuhkan sanksi pada negara itu, meskipun ada tekanan dari AS dan sekutunya.
Dalam komentarnya pada awal April lalu, Zhao melabeli Washington sebagai “pelaku dan penghasut utama krisis Ukraina” karena desakannya yang keras kepala untuk memperluas NATO ke perbatasan Rusia, yang dipandang sebagai ancaman keamanan nasional oleh Moskow.
Diketahui, Rusia menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali wilayah yang memisahkan diri dengan paksa.
(Susi Susanti)