Putin Bantah Tuduhan Pembantaian Massal di Bucha, Sebut Laporan Palsu

Susi Susanti, Jurnalis
Rabu 13 April 2022 06:54 WIB
Putin bantah pembantaian massal di Bucha, Ukraina (Foto: AP)
Share :

RUSIA - Presiden Rusia Vladimir Putin telah menepis tuduhan bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di pinggiran kota Kiev, Bucha, dengan menyebut kasus itu sebagai palsu. Presiden membuat pernyataan selama konferensi pers bersama dengan sekutunya Presiden Belarusia Alexander Lukashenko pada Selasa (12/4).

“Saya sudah sering berbicara dengan rekan-rekan dari negara-negara Barat, sampai sekarang. Dan ketika mereka mengatakan 'Bucha' kepada saya, saya bertanya kepada mereka: 'Apakah Anda pernah ke Raqqa? Pernahkah Anda melihat bagaimana kota Suriah ini benar-benar diratakan oleh penerbangan Amerika?’ Mayat-mayat tergeletak di sana dan menjadi puing-puing selama berbulan-bulan. Dan tidak ada yang peduli tentang itu,” terangnya.

Dia membandingkannya dengan laporan "palsu" tentang penggunaan senjata kimia di Suriah oleh rezim Assad.

Baca juga: Kesaksian Warga Sipil Ukraina Beberkan Kekejaman Tentara Rusia di Bucha 

"Ada provokasi di Suriah, ketika penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Assad ditanam. Kemudian ternyata palsu, palsu yang sama di Bucha," katanya.

Baca juga:  Ukraina Mulai Gali Kuburan Massal di Bucha, Jadi Tahap Awal Penyelidikan

Dia menambahkan bahwa pembunuhan massal warga sipil oleh Barat di Afghanistan telah disambut dengan keheningan yang sama.

“Tidak ada keheningan seperti itu ketika mereka melakukan provokasi di Suriah, ketika mereka membayangkan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Assad. Kemudian ternyata itu palsu, palsu yang sama ada di Bucha,” lanjutnya.

Presiden Rusia juga menambahkan bahwa dinas intelijen negara itu telah menerima materi yang membuktikan bahwa pembunuhan massal Bucha, yang sebagian besar dicap sebagai 'pembantaian', dipentaskan, dari rekan-rekan mereka di Belarusia. Namun, Putin tidak merinci materi yang dia sebutkan.

Bucha menjadi berita utama pada awal April tak lama setelah militer Rusia menarik diri dari pinggiran Kiev dan pasukan Ukraina bergerak masuk dan sejumlah warga sipil yang tewas ditemukan di kota itu. Pihak berwenang Kiev segera menyalahkan militer Rusia atas pembantaian yang diklaim, sementara politisi top barat dengan cepat berpihak pada Ukraina dan memperkuat sikapnya atas insiden tersebut. Pinggiran kota telah menjadi hotspot bagi politisi Eropa untuk mengunjungi untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan Ukraina, serta untuk mengutuk "kejahatan perang Rusia."

Diketahui, Moskow menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia pada republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Rusia sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya