Kunjungan ini dikritik oleh peneliti hak asasi manusia Jerman dan direktur studi China di Victims of Communism Memorial Foundation di Washington, yang memposting pesan "jauh lebih buruk daripada yang ditakuti" di akun Twitternya.
“Bachelet memperlakukan pemerintah Xinjiang sebagai aktor rasional yang harus melakukan tinjauannya sendiri tentang bagaimana kebijakan deradikalisasi, mungkin tidak sesuai dengan standar internasional," tulis keduanya.
Pemerintah AS dan parlemen dari beberapa negara Barat telah menyatakan situasi di Xinjiang sebagai genosida dan satu-satunya tindakan yang patut diambil adalah sanksi kepada siapapun yang terllibat.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price, sebelumnya memperingatkan pada Selasa (24/5) bahwa kunjungan PBB yang sedemikian rupa adalah sebuah kesalahan.
Pengadilan Uighur yang berpusat di London sebuah pengadilan rakyat independen memutuskan bahwa China telah melakukan genosida.
Ketua Pengadilan Uighur, Geoffrey Nice, mengatakan bahwa sangat penting bagi komunitas Uighur untuk mencari cara baru untuk memaksa perubahan dari Tiongkok.
“Jangan berada di bawah ilusi, bahkan jika 10 negara kuat lainnya menyatakan bahwa apa yang terjadi di Xinjiang adalah genosida, masalahnya tidak akan terpecahkan," kata Geoffery Nice.
(Fahmi Firdaus )