Warga Dunia Melahap 7 Ton Cokelat per Tahun, Ini Sisi Tak Manis dari Cokelat

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 08 Juli 2022 18:00 WIB
Ilustrasi cokelat (Foto: Freepik)
Share :

"Petani kakao berada dalam kemiskinan yang parah dan itu terkait langsung dengan isu-isu seperti pekerja anak dan penggundulan hutan," ujar Evelyn Bahn, penasihat Hak Asasi Manusia di Inkota.

Pada 2020, para ahli jual-beli berkeadilan memperkirakan bahwa rata-rata petani kakao menghasilkan hanya USD0,90 per hari (sekitar Rp13.477). Nominal ini berada di bawah ambang batas kemiskinan ekstrem Bank Dunia, sebesar USD1,90 atau Rp28.452.

"Itu bukan peningkatan yang besar tapi itu akan membuat perbedaan besar bagi kehidupan petani kakao," ujar Bahn.

Juru kampanye seperti Inkota dan Fairtrade Foundation percaya bahwa harga pasar untuk biji kakao perlu ditingkatkan untuk mengatasi situasi ini. Beberapa perusahaan cokelat, secara terbuka, juga telah berkomitmen untuk membayar lebih kepada petani.

Salah satunya adalah Tony's Chocolonely, sebuah bisnis di Belanda yang dimulai dari platform aktivisme melawan kerja paksa di industri cokelat. Saat ini Tony's Chocolonely menjadi merek cokelat dengan penjualan terbesar di negara tersebut.

"Alasan kami adalah untuk membuat cokelat bebas dari pekerja anak dan perbudakan. Dan membayar harga yang adil untuk kakao merupakan prinsip besar," kata Ben Greensmith, Direktur Pelaksana Tony's Chocolonely di Inggris.

Dan itu tidak berarti bahwa pelanggan akhirnya akan membayar lebih mahal untuk menikmati kudapan manis itu. Inkota memperkirakan bahwa harga sebatang coklat 100 gram akan naik kurang dari USD0,20 (senilai Rp2.992) jika petani kakao dibayar dengan upah layak untuk produksi mereka.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya