Keris dikelompokkan dengan keris, pedang dengan pedang, sabit dengan sabit dan lain sebagainya. Pendek kata, pada deretan senjata tajam terdapat koleksi senjata penusuk dan senjata pembacok, seperti keris, tombak, parang, pedang pendek, arit, pisau potong dan lain sebagainya. Kemudian di atas meja diletakkan arca-arca purbakala, arca Budha, naskah daun lontar (serat karopak) dan naskah yang ditulis di atas kertas.
Ada juga perhiasan, yakni mulai gelang, kalung dalam jumlah besar dan beragam. Lalu benda-benda dari kayu, meliputi tongkat, tulang-tulang, mineral serta batu-batu berbentuk aneh. “Semua disusun dalam sebuah pameran,” tulis Raden Arjo Sastro Darmo.
Raden Saleh memperoleh semua barang antik itu dari perjalanan ke Jawa Tengah pada tahun 1865. Barang-barang itu berasal dari para aristokrat di Yogyakarta dan Surakarta. Para bangsawan atau priyayi Jawa yang sebelumnya takjub dengan gaya Belanda Raden Saleh, dengan suka rela menyerahkannya, bahkan tak sedikit membantu mencarikan.
Ada yang memberikan kepada Raden Saleh sebagai hadiah cuma-cuma. Ada pula yang berharap barang-barang antik itu terutama naskah-naskah kuno, selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Raden Saleh sendiri gemar menyalin naskah kuno dengan biaya sendiri dan mengembalikan naskah yang asli ke pemiliknya.
Untuk semua barang antik yang berasal dari aristokrat Jawa itu, Raden Saleh mengaku tidak merogoh kocek pribadinya. “Untuk semua benda ini, tidak setengah sen pun uang saya keluarkan,” kata Raden Saleh seperti dikutip dari Raden Saleh, Kehidupan dan Karyanya.