Krisis Sri Lanka, Kehidupan Penuh Kesedihan di Negara Bangkrut

Susi Susanti, Jurnalis
Senin 11 Juli 2022 11:41 WIB
Kehidupan menyedihkan di Sri Lanka karena krisis dan bangkrut (Foto: EPA)
Share :

Mungkin hanya 48 jam, sebelum mereka dipaksa untuk bergabung kembali ke dalam antrean. Bantal, pakaian ganti, dan air pun tak lupa mereka bawa sebagai bekal untuk menghadapi cobaan berat itu.

Untuk sementara waktu, masyarakat kelas menengah dan atas membawakan paket makan dan minuman ringan untuk mereka yang mengantre di sekitar lingkungan rumah mereka.

Akhir-akhir ini, biaya makanan, gas untuk memasak, pakaian, transportasi, dan bahkan listrik, telah meroket dengan sangat drastis karena nilai rupee anjlok. Bahkan sumbangan dari orang kaya pun sudah sangat berkurang.

Di lingkungan kelas pekerja, anggota keluarga mulai berkumpul di sekitar tungku kayu bakar, untuk menyiapkan makanan paling sederhana yakni nasi dan sambal kelapa.

Bahkan dhal, makanan pokok di seluruh Asia Selatan, telah menjadi barang mewah. Adapun harga daging diketahui sudah naik tiga kali lipat. Ikan segar yang dulunya berlimpah dan terjangkau sekarng sudah tidak terbeli.

Sekarang, perahu tidak bisa melaut, karena tidak ada solar. Nelayan yang bisa melaut menjual hasil tangkapan mereka dengan harga yang sangat tinggi ke hotel dan restoran yang tidak terjangkau oleh kebanyakan orang.

Mayoritas anak-anak di Sri Lanka kini terpaksa mengonsumsi makanan yang hampir tidak mengandung protein. Ini adalah krisis yang melanda di setiap level, dari makro ekonomi hingga molekuler.

Apakah otak, organ, otot, dan tulang mereka mendapatkan apa yang dibutuhkan? Susu bubuk, yang sebagian besar diimpor, hampir tidak terlihat di rak-rak pasar selama berbulan-bulan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya