KOLOMBO - Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, akhirnya menyatakan akan mundur dari jabatannya pada 13 Juli mendatang. Pengumuman ini dikeluarkan Juru Bicara Kantor Perdana Menteri, setelah gelombang unjuk rasa pecah di negara tersebut.
Masyarakat sampai saat ini masih menduduki istana kepresidenan dan kediaman resmi perdana menteri. Mereka sebelumnya menolak pergi sampai pimpinan Sri Lanka mundur.
Dikutip BBC, Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena, akhir pekan lalu menyebut bahwa Presiden Rajapaksa akan mengundurkan diri pada 13 Juli mendatang.
Namun banyak kelompok pengunjuk rasa skeptis pada informasi tersebut.
Baca juga: Cerita dari Dalam Istana Presiden Sri Lanka yang Diserbu, Warga Berfoto hingga Berenang
Saat laporan ini disusun, Rajapaksa belum mengeluarkan pernyataan kepada publik.
Di bawah konstitusi Sri Lanka, pengunduran diri presiden hanya dapat diterima secara formal ketika dia mengirim surat kepada pimpinan parlemen. Ini belum belum terjadi hingga saat ini.
Baca juga: Istana Presiden Diduduki Massa, AS Awasi Seksama Peristiwa di Sri Lanka
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebelumnya juga sempat menyatakan bahwa dia akan mundur dari posisinya.
Di tengah gelombang protes, keberadaan Rajapaksa dirahasiakan. Namun sumber militer mengatakan kepada BBC bahwa dia berada di sebuah kapal milik angkatan laut di perairan Sri Lanka.
Menurut sumber BBC, saudara kandung Presiden sekaligus mantan Perdana Menteri, Mahinda Rajapaksa, berada di sebuah pangkalan angkatan laut di negara itu.
Diketahui, ribuan warga Sri Lanka turun jalanan ibu kota Kolombo pada Sabtu (9/7/2022) lalu. Mereka menuntut pengunduran diri Presiden Rajapaksa. Unjuk rasa terkait persoalan ini telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Rajapaksa dituduh gagal mengelola perekonomian Sri Lanka. Akibatnya, kata kelompok demonstran, masyarakat selama beberapa bulan terakhir sulit memenuhi kebutuhan pangan serta tak mampu membeli bahan bakar dan obat-obatan.
Para pengunjuk rasa yang menduduki istana kepresidenan menolak membubarkan diri sampai Presiden Rajapaksa dan Perdana Menteri Wickremesinghe mundur.
"Perjuangan kami belum berakhir," kata pemimpin gerakan protes dari kelompok mahasiswa, Lahiru Weerasekara, seperti dikutip AFP.
(Susi Susanti)