Di sisi lain, keadaan sulit ini membuat Sri Lanka berharap besar kepada masyarakatnya yang berada di luar negeri. Usai menyatakan bangkrut, Sri Lanka mendesak warganya di laur negeri untuk mengirimkan uang demi membantu membeli kebutuhan pokok dan bahan bakar.
Hingga saat ini, pemadaman listrik yang berlangsung hingga larut malam yang terasa sangat panas, seakan merampas jam tidur karena kipas angin tidak bisa menyala.
Semua anggota keluarga terjaga, terkuras tenaganya dari cobaan yang sudah berlangsung berbulan-bulan. Hidup mereka kacau karena pemadaman listrik terjadi setiap hari, setelah negara itu bangkrut dan kehabisan bahan bakar.
Dikutip BBC, ini adalah pemadaman listrik terburuk yang memicu protes besar di Kolombo, pada akhir Maret lalu. Saat itu, pemadaman harian selama 13 jam telah membuat warga kelelahan, di pekan-pekan terpanas tahun ini.
Tapi, masih ada hari-hari yang panjang untuk dijalani: bekerja, tugas yang harus dijalankan, kebutuhan sehari-hari harus dibeli dengan harga dua kali lipat dari harga bulan lalu..