Dengar Suara Katak saat Kunjungi Tambang Malam Hari, Doni Monardo: Buktikan Ekosistem Terpelihara

Tim Okezone, Jurnalis
Kamis 21 Juli 2022 22:07 WIB
Doni Monardo kunjungi tambang emas malam hari (Foto: Egy Massadiah)
Share :

Doni tertawa dan menjawab, “Benar. Jadi saya tidak perlu melihat kondisi tambang di siang hari untuk mengetahui apakah proses penambangan di Gosowong sudah benar. (Saya melihat) tidak ada limbah beracun atau bahan bekas tambang yang berbahaya. Katak dukun membuktikan bahwa ekosistem lokasi tambang terpelihara dengan baik dan telah pulih dengan baik.”

Beberapa orang tampak berhenti memasukkan sendok ke mulut mereka dan menatap Doni Monardo, mendengarkan kata-katanya.

“Menurut informasi dari pekerja NHM, masih banyak ular di lokasi tambang. Dan, manajemen melarang siapa pun membunuh ular. Jika mereka melanggar aturan ini, mereka akan dihukum,” kata Doni.

Menurut Doni, hewan adalah indikator nyata baik atau buruknya suatu ekosistem. “Jika lokasi Tailing beracun atau mengandung limbah berbahaya, saya pastikan tidak ada katak dan ular yang mendekat. Sama seperti air sungai. Jika tidak ada ikan, itu tandanya air sungai tersebut mengandung limbah beracun," imbuhnya.

“Suatu kali, sebuah video pendek beredar di daerah di mana banyak ikan penyapu (suckermouth catfish) ditemukan mati. Kita tahu bahwa jenis ikan ini adalah salah satu yang kuat. Artinya ada limbah fatal di daerah tersebut,” kata mantan Kepala BNPB itu.

Doni mengaku sangat mengenal kepulauan Maluku dan Maluku Utara lantaran selama lebih dari dua tahun menjabat sebagai Panglima Kodam XVI/Pattimura (2015–2017).

Sejarah NHM dimulai pada tahun 1994 ketika Newcrest Mining Ltd., sebuah perusahaan pertambangan dari Australia dan Antam, LLC, membentuk perusahaan patungan untuk menemukan deposit emas di Pulau Halmahera. Pada tahun yang sama, perusahaan patungan tersebut berhasil mengolah simpanan emas di Gosowong.

Kemudian Newcrest dan Antam bersama-sama mendirikan PT Nusa Halmahera Minerals, yang dilanjutkan dengan penandatanganan Kontrak Karya Bersama dengan Pemerintah Indonesia pada April 1997. Tak lama kemudian, produk emas pertama dihasilkan dari tambang terbuka Gosowong pada Juli 1999.

Saat ini, NHM mengelola wilayah kerja seluas 29.622 hektar di Halmahera Utara. Sistem penambangan terbuka di Tambang Emas Gosowong telah berakhir. Akhir-akhir ini pola kegiatan pertambangan mengandung dan menggabungkan dua pendekatan. Mereka adalah Kencana dan Toguraci, dengan menggabungkan metode penambangan bawah tanah: underhand/overhand cut & fill dan long-hole stoping.

Pada awal tahun 2020, Indotan Halmahera Bangkit, LLC yang dipimpin oleh Haji Robert Nitiyudo Wachjo mengambil alih kepemilikan mayoritas NHM dari Newcrest Australia. Dengan kepengurusan baru bersama Indotan, NHM semakin produktif. Perusahaan kini juga aktif berkontribusi dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat. Untuk upaya ini, mereka secara aktif melibatkan warga di sekitar tambang.

“Oleh karena itu, pemogokan atau demonstrasi masyarakat sejak tahun 2020 relatif terkendali. Karena, saya tahu Pak Haji Robert adalah orang yang sangat berkomitmen. Misalnya, selama pandemi Covid-19, dia tidak mengurangi tenaga kerja sama sekali. Padahal, dia sama sekali tidak memotong hak pekerja. Saya tahu persis karena saya adalah kepala Gugus Tugas Covid-19 saat itu. Kontribusinya dalam mengendalikan pandemi sangat luar biasa,” kata Doni kepada Haji Robert

Sambil menikmati malam di pedalaman Gosowong, Doni Monardo berdialog interaktif dengan pengurus NHM, Antam, dan anggota rombongan lainnya. Doni dengan tegas meminta anak perusahaan MIND ID untuk mencontoh pengelolaan pertambangan yang dijalankan Haji Robert, khususnya dalam mengelola sampah dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

Doni terkesan dengan motto Haji Robert yakni menambang dengan hati. Tidak heran para pekerja mengalami apa yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Mereka merasa “manusiawi”. Di masa pandemi, Haji Robert bahkan membagikan bonus.

Niat baik Haji Robert juga menjangkau masyarakat melalui program peduli empat suku di sekitar tambang. Keempat kelompok adat tersebut adalah suku Pagu, Madole, Boeng, dan Towiliko. Mereka memuji Haji Robert sebagai sosok yang sangat peduli terhadap budaya dan kearifan lokal. Jika pada tahun 2021 setiap suku mendapat alokasi dana CSR sebesar Rp 1 miliar, pada tahun 2022 diproyeksikan meningkat 100 persen menjadi Rp 2 miliar.

Bagi Doni, NHM tidak hanya memberikan kesejahteraan kepada karyawan tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. “Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan,” kata Doni Monardo.

Waktu berlalu saat diskusi mengalir. Jam menunjukkan pukul 23.00, satu jam menuju tengah malam. Doni meminta rombongan untuk istirahat. Keesokan harinya, mereka menuju Tanjung Buli untuk mengunjungi lokasi penambangan lainnya yang masih dalam naungan MIND ID, LLC.

(Fakhrizal Fakhri )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya