HAITI - Ratusan anak di Haiti berlindung di sebuah sekolah menengah di ibukota Port-au-Prince setelah melarikan diri dari kekerasan geng yang telah merenggut ratusan nyawa bulan ini.
Balita hingga remaja tidur di ruang kelas di Lembaga bergengsi Saint-Louis de Gonzague. Reuters melaporkan dari dalam sekolah, anak-anak bercanda di taman bermain pada Jumat (22/7/2022), bermain petak umpet atau permainan sepak bola improvisasi dengan botol plastic.
Suster Rosemiline, seorang biarawati dari kelompok komunitas religius Keluarga Kizito, mengatakan "anak-anak membutuhkan banyak bantuan".
Baca juga: Bentrok Antar-Geng di Haiti: Korban Tewas dan Luka-Luka Capai 234 Orang
"Situasinya sangat buruk dari mana mereka berasal. Kami menunggu makanan tetapi apa yang kami dapatkan tidak memuaskan anak-anak," katanya, seraya menambahkan bahwa dia berharap untuk merelokasi mereka.
Baca juga: Ibu Kota Haiti Berubah Jadi Medan Perang Antar Geng, Mayat Berserakan di Jalanan
Seorang organisator komunitas mengatakan kepada Reuters bahwa anak-anak mengenakan seragam sekolah untuk meyakinkan para pemimpin geng bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke kelas untuk menghindari kekerasan.
Sebagian besar anak-anak sendirian karena orang tua mereka tidak dapat melarikan diri dari konflik wilayah Cité Soleil.
Pertempuran antara dua geng yang bersaing, yakni geng G9 dan G-Pèp meletus pada 7 Juli lalu untuk memperebutkan wilayah di Cité Soleil.
Human Rights Watch mengatakan sekitar 300 orang dilaporkan meninggal.
Human Rights Watch mengutip Jaringan Pertahanan Hak Asasi Manusia (HAM) Nasional, pada Jumat (22/7/2022) mengatakan sekitar 300 orang telah tewas, termasuk 21 yang tubuhnya tampaknya dibakar, dan 16 orang dilaporkan hilang,
"Geng juga membakar rumah dan menggunakan alat berat untuk menghancurkannya, kata kelompok itu, dengan 125 rumah dilaporkan hancur," katanya.
Situasi menjadi begitu mengerikan sehingga awal pekan ini Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan dengan suara bulat untuk melarang beberapa penjualan senjata ke Haiti.
Kekerasan geng telah meningkat sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse oleh tentara bayaran setahun yang lalu.
Menurut Kantor Terpadu PBB di Haiti, 540 orang diculik dan lebih dari 780 orang tewas antara Januari dan Mei 2022. Dalam lima bulan terakhir tahun lalu, 396 orang diculik dan 668 meningga. Negara ini juga dilanda kekurangan bahan bakar dan listrik kronis karena kekerasan geng.
(Susi Susanti)