XINJIANG - Petugas keamanan di wilayah Xinjiang, China dilaporkan masih menggunakan kekerasan terhadap pihak yang mereka anggap sebagai penjahat dan buronan termasuk orang-orang Uighur yang disebut ekstremis agama.
Melansir laman Radio Free Asia (RFA), Jumat (12/8/2022) Menteri Keamanan China, Wang Xiaohong, mengatakan tindakan itu dilakukan untuk memberantas kekuatan kriminal dan menjaga keamanan politik serta kontrol sosial di seluruh negeri.
Menjelaang Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20, Kementerian Keamanan telah mengerahkan polisi untuk menelusuri seluruh pelosok wilayah Xinjiang guna mengantisipasi semua jenis risiko gangguan keamanan.
Hal itu dilakukan agar agenda besar Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok tidak terganggu oleh orang-orang atau kelompok yang mereka sebut ekstrimis.
Sebelumnya, pada pertemuan tanggal 15 Juli untuk mempromosikan Aksi Seratus Hari di China, para pemimpin keamanan di China menyampaikan bahwa 42.000 kasus telah dipecahkan dan 72.000 tersangka kriminal, telah ditangkap selama kampanye.
Otoritas China menolak untuk membahas mengenai “tindakan keamanan” semacam ini, Namun, media pemerintah mengatakan bahwa operasi di Xinjiang biasanya menargetkan minoritas Uighur yang dianggap “ekstremis agama,” “separatis,” “teroris”, dan “orang bermuka dua”.
Partai Komunis China menggunakan istilah “bermuka dua” untuk menggambarkan orang, biasanya pejabat atau anggota partai, yang korup atau secara ideologis tidak setia kepada partai. Istilah ini sering disematkan pada orang Uighur yang duduk di jabatan resmi, yang masih menjalankan tradisi budaya dan agama.