Rusia Jadi Pemasok Minyak Terbesar China, Gusur Arab Saudi

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 16 September 2022 15:24 WIB
Rusia jadi pemasok minyak terbesar China (Foto: AP)
Share :

RUSIA - Rusia telah menjadi pemasok minyak terbesar China karena negara itu menjual minyak mentah yang didiskon ke Beijing di tengah sanksi atas perang Ukraina.

Impor minyak Rusia naik 55% dari tahun sebelumnya ke level rekor pada Mei lalu, menggusur Arab Saudi sebagai pemasok terbesar China.

China diketahui telah meningkatkan pembelian minyak Rusia meskipun permintaan berkurang akibat pembatasan Covid-19 dan ekonomi yang melambat.

Pada Februari lalu, China dan Rusia menyatakan persahabatan mereka "tanpa batas".

Baca juga: Putin Bertemu Presiden China Pertama Kali Usai Invasi Ukraina, Apa yang Dibahas?

Dan perusahaan China, termasuk raksasa penyulingan negara Sinopec dan Zhenhua Oil yang dikelola negara, telah meningkatkan pembelian minyak mentah Rusia dalam beberapa bulan terakhir setelah ditawari diskon besar karena pembeli di Eropa dan Amerika Serikat (AS) menghindari energi Rusia sejalan dengan sanksi atas perangnya terhadap Ukraina.

Baca juga: Bantu Ukraina Perang Lawan Rusia, AS Gelontorkan Bantuan Senjata Rp9 Triliun

Menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan China, impor ke China, yang meliputi pasokan yang dipompa melalui pipa Samudra Pasifik Siberia Timur dan pengiriman melalui laut, mencapai hampir 8,42 juta ton bulan lalu.

Jumlah pasokan ini menggusur posisi Arab Saudi - yang sebelumnya merupakan sumber minyak mentah terbesar China - ke posisi kedua dengan 7,82 juta ton.

Pada Maret lalu, AS dan Inggris mengatakan mereka akan melarang minyak Rusia. Sedangkan Uni Eropa (UE) telah berupaya untuk mengakhiri ketergantungannya pada gas Rusia, karena Barat meningkatkan respons ekonomi terhadap invasi ke Ukraina.

Pada saat itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan langkah itu menargetkan "arteri utama ekonomi Rusia".

Ekspor energi merupakan sumber pendapatan penting bagi Rusia, tetapi langkah tersebut juga kemungkinan akan berdampak pada konsumen Barat.

Pekan lalu, sebuah laporan oleh lembaga think tank Center for Research on Energy and Clean Air mengatakan Rusia memperoleh hampir USD100 miliar (Rp1.496 triliun) pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil dalam 100 hari pertama invasi negara itu ke Ukraina, meskipun terjadi penurunan ekspor di bulan Mei.

Uni Eropa membuat 61% dari impor ini, bernilai sekitar USD59 miliar (Rp883 triliun).

Secara keseluruhan, ekspor minyak dan gas Rusia turun dan pendapatan Moskow dari penjualan energi juga menurun dari puncaknya lebih dari USD1 miliar (Rp15 triliun) per hari di Maret lalu.

Tetapi pendapatan masih melebihi biaya perang Ukraina selama 100 hari pertama - dengan CREA memperkirakan bahwa Rusia menghabiskan sekitar USD876 juta (Rp13 triliun) per hari untuk invasi.

Angka ini juga menunjukkan bahwa China mengimpor 260.000 ton minyak mentah Iran pada bulan lalu, pengiriman ketiga minyak Iran sejak Desember lalu.

China terus membeli minyak Iran meskipun ada sanksi AS terhadap Teheran.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya