Menteri Pendidikan Israel Yifat Shasha-Biton menulis di Twitter bulan lalu bahwa sekolah-sekolah di sana "yang menggambarkan tentara Israel sebagai pembunuh dan mengagung-agungkan para teroris “harus segera memperbaiki konten buku-buku teks mereka" atau kehilangan lisensi mereka.
Seperti diketahui, Israel merebut Yerusalem Timur pada 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak diakui internasional. Orang-orang Palestina, yang merupakan 38% dari populasi di Yerusalem mengupayakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina pada masa depan yang akan mencakup Tepi Barat dan Gaza yang diduduki Israel.
Upaya berturut-turut sejak 1967 untuk memperkenalkan kurikulum Israel di sekolah-sekolah Yerusalem Timur dihalangi oleh para orang tua dan guru. Beberapa bagian dari kota itu bahkan secara terang-terangan mengadopsi kurikulum Palestina pada 1990-an.
(Susi Susanti)