MESIR – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perubahan iklim yang dikenal dengan nama COP27 akan dimulai pada Senin (7/11/2022) di Mesir.
Lebih dari 120 pemimpin dunia akan tiba di KTT yang digelar di resor Laut Merah Sharm el-Sheikh. Ini akan memulai negosiasi dua minggu antara negara-negara tentang aksi iklim.
Nantinya para kepala negara dan pemimpin pemerintahan menyampaikan pidato selama lima menit yang menguraikan apa yang mereka inginkan dari pertemuan tersebut.
Baca juga: Dibalut Pesan 'Planet Bumi Kirim Sinyal Marabahaya', KTT Perubahan Iklim Resmi Dibuka
Dikutip BBC, Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak diharapkan mendesak para pemimpin dunia untuk bergerak ‘lebih jauh dan lebih cepat’ dalam transisi ke energi terbarukan.
Baca juga: PBB Peringatkan Planet Bumi Capai Titik Kritis Menuju Kekacauan Iklim
Dia juga akan memberitahu para pemimpin untuk tidak "mundur" pada komitmen yang dibuat pada KTT COP26 tahun lalu di Glasgow.
Para pemimpin dunia akan berbicara pada Senin (7/11/2022) dan Selasa (8/11/2022), lalu nantinya akan masuk ke tahap negosiasi.
Selain semua negosiasi formal, akan ada ratusan acara selama dua minggu dengan pameran, lokakarya, dan pertunjukan budaya dari pemuda, kelompok bisnis, masyarakat adat, akademisi, seniman, dan komunitas mode dari seluruh dunia.
Adapun aksi protes - yang biasanya digelar pertemuan puncak COP - kemungkinan akan diredam.
Namun, Presiden COP27, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan bahwa ruang akan disisihkan di Sharm el-Sheikh untuk protes berlangsung. Namun, para aktivis Mesir mengatakan kepada BBC bahwa banyak kelompok lokal tidak dapat mendaftar untuk konferensi tersebut.
Sementara itu, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi, yang berkuasa sejak 2014, telah mengawasi tindakan keras yang meluas terhadap perbedaan pendapat. Kelompok hak asasi manusia (HAM) memperkirakan negara itu memiliki sebanyak 60.000 tahanan politik, banyak yang ditahan tanpa pengadilan.
Seperti diketahui, pada KTT tahun lalu di Glasgow, sejumlah janji disepakati. Yakni negara-negara berkembang - yang berada di garis depan perubahan iklim - menuntut agar komitmen pendanaan sebelumnya ditegakkan.
Tetapi mereka juga ingin ada diskusi tentang ‘kerugian dan kehilangan’ terkait keuangan untuk membantu mereka mengatasi kerugian yang sudah mereka hadapi dari perubahan iklim daripada hanya untuk mempersiapkan dampak di masa depan. Setelah negosiasi yang intens, masalah ini menjadi agenda resmi COP27.
(Susi Susanti)