"Pertemuan langsung ini memberikan kesempatan untuk meredakan ketegangan dan mencari cara untuk mengelola persaingan," kata Bonnie Glaser, pakar Asia di German Marshall Fund.
Kedua pemimpin yang saling mengenal dengan baik, telah melakukan perjalanan lebih dari 27.358 km bersama-sama dan menghabiskan 78 jam dalam pertemuan. Mereka telah melakukan perjalanan bersama di Amerika Serikat dan Cina pada tahun 2011 dan 2012 ketika keduanya menjabat sebagai wakil presiden masing-masing negara.
Beijing, yang frustrasi dengan apa yang dilihatnya sebagai senjata kebijakan ekonomi pemerintahan Biden, telah berusaha memperluas hubungan dengan Eropa dan Afrika. Pemerintah Xi juga mengkritik sikap pemerintahan Biden terhadap Taiwan yang merusak kedaulatan dan integritas teritorial China.
Presiden China juga telah menyarankan bahwa Washington ingin menahan pengaruh Beijing yang semakin besar ketika mencoba untuk menyalip AS sebagai ekonomi terbesar di dunia.
Pertemuan yang digelar pada Senin (14/11/2022) waktu setempat di sela-sela pertemuan para pemimpin Kelompok 20 di Bali, Indonesia, terjadi beberapa minggu setelah pemerintahan Biden meluncurkan strategi keamanan nasional baru yang melihat China yang semakin otoriter sebagai tantangan paling konsekuensial terhadap tatanan global.
"Pemerintahan Biden akan mencoba membunuh dua burung dengan satu batu - meminta dukungan China pada isu-isu seperti mengekang Korea Utara dan perubahan iklim - untuk menciptakan beberapa dasar kerja sama antara China dan AS," kata Oriana Skylar Mastro, pakar China di Universitas Stanford.