Kisah Pangeran Diponegoro Tersenyum Lihat Terjangan Abu Vulkanik dan Lahar Panas Gunung Merapi

Avirista Midaada, Jurnalis
Senin 14 November 2022 14:12 WIB
Gunung Merapi/Foto: MNC Portal
Share :

JAKARTA - Penobatan Sultan Hamengkubuwana V ditandai dengan sebuah peristiwa alam yang dahsyat yang digambarkan Pangeran Diponegoro. Saat itu Gunung Merapi yang ada di perbatasan Yogyakarta dan Pulau Jawa bagian tengah meletus.

(Baca juga: Gunung Merapi 2 Kali Semburkan Awan Panas Sejauh 1.000 Meter)

Letusan Gunung Merapi pada 1822 begitu dahsyat sehingga membuat warga Yogyakarta terpukul setelah penobatan sang sultan. Warga Yogya kala itu harus berhadapan dengan material vulkanik yang menerjang pada 28 - 30 Desember 1822.

Pangeran Diponegoro sendiri menjadi saksi bagaimana dashyatnya letusan gunung itu dan menggambarkan pada babadnya. Sebagaimana dikutip dari Peter Carey pada bukunya berjudul "Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855", sang pangeran saat itu tengah berada di rumah adiknya Suryobrongto, yang anaknya tengah dikhitan.

Sang pangeran masih sempat tinggal sepanjang malam bermain catur dengan kawan lamanya Raden Ayu Danukusumo sehari sebelum Gunung Merapi meletus. Tepat pada Minggu pagi buta 28 Desember 1822, serangkaian gempa terjadi, Gunung Merapi akhirnya mulai meletus.

Aliran lahar terlihat menuruni lereng gunung diiringi hujan abu dan pasir. Pemandangan kepulan asap yang naik ke angkasa yang masih gelap itu kian pekat. Saat itulah Pangeran Diponegoro keluar pekarangan rumah Tegalrejo bersama istrinya, Raden Ayu Maduretno dan melihat ke langit. Sambil menyaksikan gunung yang sedang terbakar dan bumi berguncang akibat gempa, sang pangeran melukiskan betapa dia tersenyumnya dalam hati, karena tahu peristiwa ini merupakan pertanda kemurkaan Allah.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya