Senjata tersebut membentuk dua roda dengan masing-masing setinggi 10 kaki, dan menggabungkannya dengan tabung berlubang yang diisi dengan bahan peledak. Roket yang dipasang di roda akan mendorong mesin perang menuju benteng pertahanan Jerman.
Uji Coba
Memberdayakan Panjandrum dapat memicu masalah baru. Untuk menembakkan mesin ke pantai, DMWD memasang roket ke roda. Tapi roket itu tak selalu berhasil, dan beberapa di antaranya meledak dari kemudi.
Orang Inggris belajar tentang masalah prototipe dengan cara yang sulit. Pada 1943, mereka menguji Panjandrum di pantai Devon.
Awalnya tes berjalan lancar. Panjandrum berhasil dari kapal pendarat ke pantai, didorong oleh roket. Sampai beberapa roket gagal. Roda pemintal melesat keluar jalur.
Kemudian mereka memodifikasi kembali dengan menambahkan roda lain dan lebih banyak roket. Selain itu, agar mesin tetap pada jalurnya, mereka juga memperkuat roda dengan kabel baja.
Uji Akhir Sebelum Dinyatakan Gagal
Terlepas dari jatuh bangun, orang Inggris terus bekerja dalam pembuatan Panjandrum. Pada Januari 1944, DMWD mengundang petinggi, termasuk ilmuwan, perwira angkatan laut, dan fotografer, untuk menyaksikan mesin perang beraksi.
Tes dimulai dengan lancar. Dengan roket yang ditembakkan, Panjandrum berguling melintasi air dan menuju pantai. Kemudian, yang terjadi selanjutnya dijelaskan dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan BBC.
"Awalnya semuanya berjalan lancar. Panjandrum meluncur ke laut dan mulai menuju pantai. Kemudian sebuah penjepit terlepas. Lalu disusul dua roket lagi terlepas. Panjandrum mulai terhuyung-huyung,” lapor film dokumenter tersebut.