Ia pun menjelaskan bahwa semangat dari BDF adalah proses yang tidak menggurui atau patronizing. Dalam wadah tersebut, negara-negara partisipan dapat saling belajar dari satu sama lain terkait praktik demokrasi dan apa yang dapat diambil dari proses politik tersebut untuk memastikan bahwa kebutuhan umum masyarakat dapat tersalurkan.
“Diskusi adalah sesuatu yang baik, mau tidak mau tantangannya sama. Geopolitik itu tantangannya sama, tantangan energi dan lain-lain, jadi kita lihat saja,” ujarnya.
Bali Democracy Forum tahun ini mengangkat tema “Democracy in a Changing World: Leadership and Solidarity”.
Menurut Kemlu RI, terdapat 57 negara peserta dan 70 negara pengamat serta organisasi internasional telah mendaftarkan diri untuk mengikuti BDF 2022.
Penyelenggaraan BDF tahun ini akan lebih mengutamakan pada kehadiran fisik, untuk menunjukkan Bali dan Indonesia yang lebih siap untuk kembali menerima tamu setelah pandemi COVID-19.
Selain mengharapkan kehadiran perwakilan dua negara pada level menteri/wakil menteri serta dua ahli, Indonesia juga menghadirkan perwakilan lintas kawasan yaitu dari Amerika Latin, yang akan bergabung secara daring.
(Rahman Asmardika)