Bower dan koleganya membuat sebuah daftar periksa kesehatan mental berisi 23 hal bagi para pelancong ruang angkasa, yang diujicobakan terhadap mereka yang bekerja di Antartika pada musim dingin. Mereka menemukan bahwa emosi orang-orang menjadi lebih bervariasi seiring waktu. "Semakin lama mereka di sana, emosi mereka akan semakin sering naik-turun," ujar Bower.
Menjadi jelas bahwa berfokus pada emosi positif bisa menjadi kunci untuk memahami sifat-sifat psikologis yang akan membantu seseorang dalam perjalanan panjang di ruang angkasa.
"Orang-orang (dengan hasil penelitian) yang lebih baik dikatakan melakukan lebih banyak hal seperti benar-benar berpegang pada hal-hal positif dan menikmati itu semua," kata Bower.
"Mereka cenderung tidak terlalu fokus pada hal negatif, sehingga mereka tidak akan memutarbalikkan berbagai hal dalam pikiran mereka dan berusaha memperbaikinya."
Meskipun mengabaikan hal-hal yang salah mungkin tampak berlawanan dengan intuisi - bagaimanapun juga, sesuatu yang salah di ruang angkasa bisa menjadi bencana - dalam beberapa situasi itu benar-benar bisa menjadi pilihan terbaik.
"Jika Anda berada di ruang angkasa dan tidak ada yang dapat Anda lakukan tentang hal (yang salah) itu, sampai batas tertentu, meminimalkan dan tidak memikirkan hal itu mungkin merupakan hal tersehat yang dapat Anda lakukan," kata Bowser.
Meski demikian, para astronot wajib memerhatikan kondisi kesehatan mental mereka. Dengan jalur komunikasi yang tertunda (delay) selama 22 menit dalam perjalanan menuju Mars, para astronot tidak selalu memiliki akses bicara yang mudah dengan orang-orang di planet Bumi, sehingga mereka perlu mengawasi kesehatan mental mereka sendiri, dan melakukan apa yang mereka bisa untuk mengoreksi diri.
"Bukan cuma masalah bisa-tidaknya mereka memberitahu kondisi mereka ke psikolog atau psikiater di Bumi, tapi juga tentang mampu-tidaknya mereka sadar diri," ungkap Bower.
Menemukan orang dengan kualitas-kualitas tersebut merupakan langkah pertama dalam pemilihan kru untuk misi Mars atau lainnya.
Pengalaman selama enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bukanlah hal mudah, maka itu proses dasar seleksi astronot dapat dimulai dari tempat itu.
"Anda tidak memerlukan tipe astronot yang benar-benar berbeda untuk melakukan misi yang lebih lama," kata Sandal.
Demikian juga kemampuan untuk menghadapi rasa bosan - mungkin akan membantu jika anggota kru cenderung bersikap introver.
"Kami perlu menyusun kru yang tidak punya kebutuhan variabel sosial yang besar," ujarnya. "Maka anggota kru yang lebih introver, saya pikir, akan menjadi kebutuhan. Di luar itu, stabilitas emosional, seperti pada semua misi perjalanan, adalah kualifikasi psikologis yang paling penting."
Tim yang kompatibel juga penting, dan kini Sandal tengah meneliti data yang ia peroleh dari para kosmonot Rusia untuk menyelidiki bagaimana fungsi tim dan variabel budaya memengaruhi kinerja mereka.
Ketika tim yang ideal sudah terbentuk, penyesuaian terhadap lingkungan di pesawat ruang angkasa akan membantu menjaga mereka tetap bersemangat.
Kita tahu bahwa interaksi dengan alam di Bumi dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan konsentrasi, melalui apa yang disebut sebagai teori pemulihan perhatian. Akan tetapi di dalam pesawat ruang angkasa, unsur alam itu akan sangat sedikit.
Jay Buckey, profesor kedokteran di Dartmouth College di New Hampshire yang juga mantan astronot yang terbang dalam pesawat NASA bernama STS-90 tahun 1998 lalu, tengah menjalankan eksperimen menggunakan teknologi realita maya (Virtual Reality - VR) di stasiun US South Pole dan Australian Antarctic pada musim dingin ini.
Ia tengah mencari tahu apakah VR dapat membantu mengatasi tuntutan psikologis saat merasa terisolasi.
"Ketika menggunakan headset VR Anda merasa seperti menghilang dari lingkungan Anda yang sebenarnya," ujarnya.
Eksperimen itu masih berjalan, namun ia mengatakan bahwa menurut laporan awal headset-headset itu digunakan oleh mereka yang berada di stasiun ruang angkasa, yang menunjukkan bahwa mereka mungkin menganggap headset VR itu cukup membantu.
Pemandangan virtual yang disajikan di antaranya pantai Australia, Pegunungan Alpen, pantai Irlandia, dan musim gugur di New England - plus Boston, jika ada peserta yang mungkin merasa hidup di tengah keramaian dan hiruk pikuk kehidupan kota.