KATHMANDU – Mahkamah Agung Nepal pada Rabu, (21/12/2022) telah memerintahkan pembebasan pembunuh berantai Charles Sobhraj, (78), yang telah mendekam di penjara negara itu selama 19 tahun. Sobhaj, yang dijuluki “The Serpent” (ular) dan “Pembunuh Bikini” itu dituduh bertanggung jawab atas lebih dari 20 pembunuhan di India, Thailand, Nepal, Turki, dan Iran.
BACA JUGA: Pengadilan Nepal Bebaskan Pembunuh Berantai Charles 'Serpent' Sobhraj
Pria berkebangsaan Prancis itu memiliki reputasi sebagai pembunuh berantai yang ahli dalam menyamar, menipu, serta cenderung menargetkan wanita muda sebagai korbannya. Dengan keahliannya itu Sobhaj diyakini telah beberapa kali melarikan diri dari penjara Afghanistan, Yunani, Iran dan India.
Sebelum ditangkap di Nepal pada 2003, Sobhaj kerap meninggalkan jejak berdarah dari kehidupan kriminalnya.
Dilansir dari BBC, Charles Sobhraj lahir di Saigon, Vietnam, yang saat itu diduduki Jepang, pada April 1944 dari seorang gadis toko Vietnam yang tidak menikah dan seorang pedagang India yang menolak mengakuinya sebagai anak. Tempat kelahirannya membuatnya memenuhi syarat untuk kewarganegaraan Prancis.
Penolakan oleh ayahnya adalah tindakan yang menyebabkan kebencian dan kepahitan yang cukup besar pada Sobhraj muda. Kebencian itu membuatnya bersumpah akan membuat ayahnya menyesali tindakannya.
BACA JUGA: Gali Rumah Pembunuh Kanibal, Polisi Temukan 3.787 Tulang Belulang dari Hampir 20 Korban
Sobhraj dikatakan telah memulai kehidupan kriminalnya dengan berkeliling Asia pada 1963. Dia diyakini memanfaatkan budaya narkoba global, yang baru muncul pada masa itu, untuk berteman dengan turis muda berbahasa Prancis atau Inggris dan kemudian membunuh mereka.
Antara 1972 hingga 1982, Sobhraj telah terlibat dalam lebih dari 20 pembunuhan di mana para korbannya dibius, dicekik, dipukuli atau dibakar. Selain kejam dan sadis, Sobhraj juga cerdik dan telah berulang kali kabur dari penjara.
Pada 1971, dia melarikan diri dari penjara di India dengan berpura-pura radang usus buntu dan melarikan diri dari rumah sakit.
Dia ditangkap kembali pada 1976, setelah berusaha meracuni 60 turis Prancis yang sedang berlibur di New Delhi. Namun, 10 tahun kemudian melakukan pelarian yang lebih berani: kali ini dengan mengadakan pesta ulang tahun di mana para penjaga dan narapidana diundang.
Anggur dan biskuit yang dibagikan kepada para tamu diam-diam disuntik dengan obat tidur, melumpuhkan semua orang kecuali Sobhraj dan empat pelarian lainnya.
Sebagai seorang buronan, Sobhraj dilaporkan berperilaku lebih seperti siswa yang sedang berlibur daripada seorang narapidana yang berusaha melarikan diri dari hukum. Dia secara terbuka minum di bar dan memamerkan pistol buatan Italia kepada sesama peminum.
Ulahnya ini membuatnya kembali ditangkap. Namun, menurut para pengkritiknya, tindakan Sobhraj itu telah dia perhitungkan.
Mereka mengatakan bahwa Sobhraj sengaja melarikan diri menjelang akhir hukuman penjara 10 tahunnya untuk ditangkap kembali dan menghadapi dakwaan baru atas pelariannya. Dengan begitu dia bisa menghindari ekstradisi ke Thailand di mana dia dicari karena lima pembunuhan dan hampir pasti akan diberikan hukuman mati.
Pada saat pembebasannya pada 1997, jangka waktu 20 tahun untuk diadili di Bangkok telah berakhir.
Tetapi pihak berwenang menangkapnya lagi beberapa tahun kemudian.
Pada 2003, dia ditangkap di kasino Kathmandu karena diduga melakukan perjalanan dengan paspor palsu dan atas pembunuhan seorang pria Kanada dan seorang wanita Amerika yang diduga dilakukannya 28 tahun yang lalu.
Seperti dalam kasus lain yang didaftarkan terhadapnya, Sobhraj membantah tuduhan tersebut.
Tapi kali ini, polisi mengatakan mereka memiliki "koper penuh" bukti yang memberatkannya. Alhasil, Sobhraj divonis 20 tahun penjara, dan seharusnya bebas tahun depan.
Namun, Mahkamah Agung Nepal memutuskan membebaskannya tahun ini karena pertimbangan usianya, dan mengekstradisinya ke Prancis.
(Rahman Asmardika)