KABUL - Di negara di mana perempuan dilarang masuk universitas dan sekolah menengah, dan dilarang bekerja di banyak tempat kerja, operasi bantuan terbesar di dunia sekarang berisiko gagal bagi mereka yang sangat membutuhkannya. Dan itu terjadi pada saat musim dingin yang paling kejam ketika kelaparan dan radang dingin mengetuk pintu.
Di tengah krisis yang semakin dalam, delegasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) paling senior yang mengunjungi Afghanistan sejak Taliban berkuasa pada 2021 telah terbang ke Kabul.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengutus wakilnya Amina Mohammad, wanita paling senior di PBB, dengan tim yang juga termasuk ketua UN Women, Sima Bahous.
Mereka telah ditugaskan untuk berbicara dengan para pemimpin senior Taliban di tingkat setinggi mungkin tentang pencabutan pembatasan, termasuk larangan baru terhadap pekerja bantuan wanita, yang sekarang dianggap membahayakan operasi kemanusiaan darurat yang menyelamatkan jiwa.
"Orang-orang membeku dan waktu hampir habis," tegas Ramiz Alakbarov, koordinator kemanusiaan PBB di Afghanistan dalam sebuah pernyataan, dikutip BBC.
"Kita perlu membangun tempat penampungan sekarang, tetapi dalam masyarakat konservatif ini, jika kita tidak memiliki pekerja bantuan wanita untuk berbicara dengan wanita dalam keluarga, kita tidak dapat melakukan pekerjaan ini,” lanjutnya.