Dunia Kelam Aplikasi Kencan: Bertemu Perempuan Idaman Malah Diculik Orang Bersenjata

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Sabtu 21 Januari 2023 06:04 WIB
Aplikasi kencan, Tinder. (Foto: Reuters)
Share :

PENCULIKAN menggunakan modus aplikasi kencan marak terjadi di Sao Paolo, kota terbesar dan terkaya di Brasil. Menteri Keamanan Publik bahkan menyebut aksi penculikan yang dilaporkan ke polisi dengan modus memikat orang menggunakan profil palsu sebagai umpan di aplikasi kencan seperti Tinder mencapai lebih dari 90%.

Kejadiannya seperti ini, seorang pria menghubungi seorang perempuan lewat aplikasi kencan, bertukar pesan, beberapa waktu kemudian mereka janjian untuk ketemuan. Ketika si pria sampai di lokasi, dia diculik oleh orang bersenjata.

Pertemuan yang semestinya menjadi momen spesial berubah menjadi mimpi buruk yang berlangsung selama beberapa hari.

Mengutip BBC News Indonesia, para korban mengalami gangguan psikologis dan kadang-kadang menderita secara fisik saat rekening bank mereka ludes dicuri.

Di tahun 2022 saja, polisi anti-penculikan dari Kepolisian Sao Paolo telah menindak 94 kasus serupa dan menangkap lebih dari 250 pelaku.

Pria lajang berusia 40 tahun ke atas adalah target utama dalam kejahatan ini.

Salah satu korban yakni seorang dokter dari Rumah Sakit bergengsi das Clinicas, yang ditawan selama 14 jam pada awal November lalu, usai janjian untuk ketemuan lewat aplikasi kencan.

Dia baru dibebaskan setelah penjahat tersebut melakukan berbagai transaksi bank seperti pembelian, pinjaman, dan transfer dengan total hampir Rp217 juta.

Baca juga: Kerusuhan Brasil, Presiden Lula da Silva Yakin Polisi Militer hingga Angkatan Bersenjata Kolusi dengan Pengunjuk Rasa

Bagaimana memilih para korban?

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Keamanan Publik Brasil mengatakan bahwa pelaku kejahatan ini mempelajari rekam jejak online korbannya.

"Mereka mengamati pengguna yang mengumbar kekayaan di jejaring sosial, lalu mengatur janji ketemuan di rumah sebagai 'umpan'".

BBC berbicara kepada petugas polisi --mayoritas meminta namanya disamarkan-- dan pakar keamanan digital untuk memahami bagaimana komplotan ini beroperasi dan apa yang menjadi 'sinyal utama' bahwa kencan tersebut bisa menjadi jebakan.

Seorang letnan polisi militer yang bekerja di bagian utara Sao Paolo menjelaskan bahwa para korban umumnya pria yang lebih tua dan secara keuangan terbilang mapan.

"Para korban ini umurnya lebih dari 40 tahun, lajang, dan punya sejumlah aset. Banyak pelaku memikat para korban lewat Tinder, dengan pesan yang menggoda, dan ajakan untuk bertemu sesegera mungkin," kata polisi.

Para pelaku mencari informasi pribadi yang disediakan korban di aplikasi kencan, seperti pekerjaan mereka. Tapi mereka secara khusus mengincar pengguna yang mengunggah foto perjalanan luar negeri atau mobil mewah.

"Kencan itu biasanya diatur di lingkungan yang terpencil dan waktunya antara petang hari," ujar letnan polisi militer.

"Salah satu kasus yang saya tangani, seorang pria mencoba untuk mengatur janji ketemuan dengan seorang perempuan di sebuah pusat perbelanjaan. Tapi perempuan itu berkata dia sakit dan sangat menyesal tidak bisa meninggalkan rumah untuk bertemu dengannya. Pria itu akhirnya pergi ke tempat si perempuan dan malah diculik."

Setiap komplotan bertindak sesuai dengan ekpektasi korban --biasanya pria yang tidak berniat serius, tapi ingin menjalin hubungan yang lebih santai.

"Kencan tersebut terlaksana satu atau dua hari setelah kontak pertama di aplikasi. Pria itu yakin bahwa perempuan ini bersedia menjalin hubungan," ungkap polisi.

Kejahatan yang tidak dilaporkan

Petugas polisi lainnya mengatakan dia percaya bahwa ada "penculikan dari aplikasi kencan" yang tidak dilaporkan karena beberapa alasan.

Pertama karena korban sering kali merasa malu pergi ke kantor polisi dan membuat laporan. Penyebab utama lainnya adalah para pria ini sedang menjalin hubungan dan memberi tahu pasangannya bahwa mereka adalah korban penculikan biasa supaya tidak ketahuan.

Yang mengejutkan salah satu petugas polisi adalah sering kali kasus pria kaya dan terpelajar yang tertipu kejahatan ini karena mereka setuju untuk pergi ke tempat yang jauh demi sebuah pertemuan romantis.

Dalam banyak kasus, korban yang hilang akan dilaporkan ke polisi setelah kerabat yang bersangkutan menelepon polisi.

"Seseorang di keluarga itu memperhatikan bahwa orang tersebut menghilang. Saya tidak pernah menemukan kasus dua korban disekap di lokasi yang sama, tapi di wilayah atau kota yang sama. Kadang-kadang bahkan di hutan," kata seorang polisi.

Tanda-tanda bahaya

Guilherme Alves, seorang pakar keamanan digital di SaferNet, sebuah LSM di Brasil yang menangani kejahatan di internet, mengatakan aplikasi kencan sering digunakan oleh penjahat untuk melakukan penipuan di luar platform itu sendiri.

"Poin penting adalah memahami apa yang menjadi tanggung jawab platform. Apa yang terjadi di luar lingkup perusahaan, tetapi dimungkinkan untuk meminta informasi dari profil si penipu di pengadilan, jika ada kejahatan," tambahnya.

Alves juga menekankan bahwa di beberapa kasus, penipu tidak memakai foto dan profil palsu, tapi orang beneran untuk memikat korban. Mereka mengirim pesan audio dan gambar asli dari orang yang diajak bicara oleh korban.

Tapi para pakar memperingatkan beberapa hal.

"Jika itu adalah penipuan catfishing (di mana identitas palsu dibuat di internet), profil tersebut benar adanya palsu dan si penjahat bisa mencoba untuk mengarahkan korban ke platform lain seperti WhatsApp."

"Terkadang pelaku penipuan bisa mengklaim bahwa mereka menghapus profil dari platform dengan pembenaran bahwa mereka menginginkan sesuatu yang serius."

Alves juga mengidentifikasi beberapa tanda bahaya bagi siapapun yang bertemu seseorang di aplikasi kencan dan berniat untuk bertemu tatap muka.

"Menghapus profil dari platfrom setelah pertemuan pertama bisa menjadi tanda bahwa orang tersebut ingin menyembunyikan informasi. Hal lain adalah saat seseorang ingin segera bertemu dan meninggalkan platform aplikasi ke WhatsApp. Bertemu di tempat privat juga harus dihindari," kata pakar keamanan siber.

Dia merekomendasikan agar orang-orang idealnya menyimpan catatan semua percakapan dan bertemu di tempat umum yang banyak orang, seperti pusat perbelanjaan.

Alves juga menegaskan bahwa penipu bisa 'menerkam' setelah beberapa kali kencan, bukan hanya setelah kencan pertema.

"Dalam satu kasus yang saya tangani, seorang korban perempuan berkencan dua kali dengan si penjahat, tapi hanya pada kencan ketiga dia dirampok dan lenyap," kenang Alves.

(Qur'anul Hidayat)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya