Pada September tahun lalu, gerombolan menyita depot bahan bakar utama di pelabuhan Port-au-Prince, memblokir pengiriman bahan bakar impor dan menghambat upaya distribusi makanan dan obat-obatan.
Blokade memaksa banyak bisnis tutup dan mempersulit distribusi bensin dan air minum dalam kemasan, sementara wabah kolera memburuk.
Sementara itu, utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Haiti, Helen La Lime, mengatakan pada Rabu (25/1/2023) bahwa situasi di Haiti sangat parah.
"Anda tahu bahwa kekerasan yang digerakkan oleh geng telah mencapai ketinggian baru. Rata-rata, kami menghadapi satu penculikan setiap enam jam pada tahun 2022, terangnya.
"Kami tidak akan memenangkan pertarungan tanpa tingkat dukungan tambahan yang signifikan," lanjutnya.
(Susi Susanti)