UKRAINA – Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Jumat (3/2/2023) menyatakan keprihatinannya bahwa Rusia gagal mematuhi perjanjian kontrol senjata nuklir terakhir yang tersisa dengan Amerika Serikat (AS).
Ketika ketegangan melonjak atas invasi Rusia ke Ukraina, kekuatan NATO ternama yakni AS menuduh Moskow tidak memenuhi komitmennya di bawah pakta New START atau START Baru yang telah berusia satu dekade.
BACA JUGA: Gunakan F-16, AS Tekan Turki untuk Setujui Keanggotaan Swedia dan Finlandia di NATO
"Sekutu NATO setuju perjanjian START Baru berkontribusi pada stabilitas internasional dengan membatasi kekuatan nuklir strategis Rusia dan AS," kata aliansi beranggotakan 30 orang itu dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.
BACA JUGA: Langgar Perjanjian START Baru, AS Serukan Rusia untuk Izinkan Inspeksi Nuklir
"Oleh karena itu, kami mencatat dengan prihatin bahwa Rusia telah gagal mematuhi kewajiban yang mengikat secara hukum berdasarkan perjanjian New START,” lanjutnya.
Negara-negara anggota NATO mengatakan mereka meminta Rusia untuk memenuhi kewajibannya dengan mengizinkan inspeksi dan kembali ke pembicaraan.
Sebelumya, pada Selasa (31/1/2023), Washington mengecam Rusia karena menangguhkan inspeksi berdasarkan perjanjian dan membatalkan pembicaraan tetapi tidak menuduh saingan Perang Dinginnya memperluas persenjataan hulu ledak nuklirnya di luar batas yang disepakati.
Rusia pun membalas pernyataan Washington dengan menuduhnya menghancurkan perjanjian kontrol senjata antara kedua negara.
Diplomasi antara kedua kekuatan telah mencapai titik minimum selama setahun terakhir karena Amerika Serikat memimpin upaya untuk memberikan sanksi kepada Rusia dan mempersenjatai Ukraina dengan miliaran dolar senjata.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir, menghidupkan kembali ketakutan era Perang Dingin.
Moskow mengumumkan pada awal Agustus bahwa mereka menangguhkan inspeksi AS terhadap situs militernya di bawah START Baru. Dikatakan itu menanggapi halangan inspeksi Amerika oleh Rusia, tuduhan yang dibantah oleh Washington.
Kremlin kemudian menunda pembicaraan tanpa batas waktu di bawah New START yang akan dimulai pada 29 November di Kairo, menuduh Amerika Serikat "beracun dan permusuhan".
New START, yang ditandatangani oleh Presiden Barack Obama pada tahun 2010 ketika hubungan lebih hangat, membatasi Rusia dan Amerika Serikat untuk masing-masing mengerahkan maksimal 1.550 hulu ledak nuklir strategis - pengurangan hampir 30 persen dari batas sebelumnya yang ditetapkan pada tahun 2002.
Itu juga membatasi jumlah peluncur dan pengebom berat hingga 800, meski dirasa cukup mudah untuk menghancurkan kehidupan manusia di Bumi.
(Susi Susanti)