Selain itu, penjajakan yang dilakukan kepada Golkar juga bukan berbasis suara semata, namun juga dari kondisi koalisi. Golkar yang tergabung dalam KIB belum mempunyai nominasi bakal cawapres pendamping Airlangga.
Dalam kondisi tersebut, Cak Imin lebih leluasa dalam melobi Golkar, khususnya agar masuk nominasi menjadi bakal cawapres pilihan Golkar untuk mendampingi Airlangga.
"Cak Imin lebih leluasa membaca situasi politik Partai Golkar, karena Golkar dalam mendeklarasikan Airlangga sebagai capres belum menentukan sosok bakal cawapres pendamping Airlangga, jadi Cak Imin punya pilihan alternatif untuk maju sebagai cawapres mendampingi Airlangga," kata Ikhwan.
Ikhwan menilai, kemungkinan besar Cak Imin masuk nominasi bakal cawapres pilihan Golkar. Sebab, KIB belum juga mengerucutkan nama bakal capres dan cawapres.
Setelah partai poros perubahan, PKB yang digawangi Cak Imin menyambangi Golkar sebagai partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Raya (KIR).
Cak Imin bertemu langsung dengan Airlangga Hartarto. Keduanya pun saling tukar kain sarung sebagai simbol kedekatan kedua petinggi partai.
Dalam pertemuan itu, kata Airlangga, masing-masing partai mengajak bergabung ke koalisinya. “Dua-duanya mengajak. Jadi kalau dua-duanya bergabung, lebih kuat lebih baik. Dalam politik tidak ada yang tidak bisa dibicarakan,” ujar Airlangga.
Cak Imin pun demikian. Ia menyambut baik jika KIB dan KIR bergabung jadi koalisi besar. Dalam menghadapi Pilpres 2024, kata Cak Imin, semakin banyak koalisi semakin efektif dan baik.
“Kan yang paling penting adalah menyamakan visi, target, dan tujuan. Jadi kita berharap partai-partai samakan itu, sehingga kita betul-betul siap dalam mengambil langkah strategis,” pungkasnya.
(Arief Setyadi )