ANKARA - Korban tewas akibat gempa bumi mematikan di Turki dan Suriah telah melampaui 28.000 jiwa sementara harapan tim penyelamat untuk menemukan korban yang masih hidup di bawah puing-puing bangunan semakin menipis. Upaya penyelamatan di beberapa tempat juga terganggu oleh kerusuhan yang terjadi di selatan Turki, menurut tiga kelompok penyelamat.
Gempa berkekuatan M 7,8 mengguncang wilayah selatan Turki dan utara Suriah pada Senin, (6/2/2023) sekira pukul 04.00 dini hari, saat banyak penduduk masih tertidur, membuat mereka tidak dapat bereaksi. Banyak korban yang masih terperangkap di bawah puing-puing bangunan yang roboh karena gempa.
Tim penyelamat Jerman dan tentara Austria menghentikan operasi pencarian mereka pada Sabtu (11/2/2023), dengan alasan bentrokan antara kelompok yang tidak disebutkan namanya. Keamanan diperkirakan akan memburuk karena persediaan makanan berkurang, kata seorang penyelamat.
Presiden Turki mengatakan dia akan menggunakan kekuatan darurat untuk menghukum siapa pun yang melanggar hukum.
Seorang juru bicara militer Austria mengatakan pada Sabtu pagi bahwa bentrokan antara kelompok tak dikenal di Provinsi Hatay telah menyebabkan puluhan personel dari Unit Penanggulangan Bencana Pasukan Austria mencari perlindungan di sebuah base camp dengan organisasi internasional lainnya.
"Ada peningkatan agresi antar faksi di Turki," kata Letnan Kolonel Pierre Kugelweis dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir BBC. "Peluang menyelamatkan nyawa tidak memiliki hubungan yang masuk akal dengan risiko keselamatan."
Beberapa jam setelah Austria menghentikan upaya penyelamatannya, kementerian pertahanan negara itu mengatakan bahwa tentara Turki telah turun tangan untuk memberikan perlindungan, memungkinkan operasi penyelamatan dilanjutkan.