AMSTERDAM - Bakso raksasa yang terbuat dari daging yang dibudidayakan menggunakan DNA mammoth berbulu yang telah punah diresmikan pada Selasa, (28/3/2023) di Nemo, sebuah museum sains di Belanda.
Bakso itu dibuat oleh perusahaan daging budidaya Australia Vow, yang - menjanjikan bahwa bakso itu bukan lelucon April Mop. Perusahaan tersebut mengatakan ingin membuat orang berbicara tentang daging budidaya, menyebutnya sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan untuk daging asli.
"Kami ingin menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda dari apa pun yang bisa Anda dapatkan sekarang," kata pendiri Vow Tim Noakesmith kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa alasan tambahan untuk memilih mammoth adalah para ilmuwan percaya bahwa kepunahan hewan itu disebabkan oleh perubahan iklim.
Bakso itu terbuat dari sel domba yang disisipkan dengan gen mammoth tunggal yang disebut mioglobin.
"Dalam hal daging, mioglobin bertanggung jawab atas aroma, warna, dan rasa," jelas James Ryall, Chief Scientific Officer dari Vow.
Karena urutan DNA mammoth yang diperoleh Vow memiliki beberapa celah, DNA gajah Afrika dimasukkan untuk melengkapinya.
"Sama seperti yang mereka lakukan di film Jurassic Park," kata Ryall, menekankan perbedaan terbesar adalah bahwa mereka tidak menciptakan binatang yang sebenarnya.
Sementara membuat daging yang dibudidayakan biasanya berarti menggunakan darah anak sapi yang mati, Vow menggunakan alternatif lain, yang berarti tidak ada hewan yang dibunuh dalam pembuatan bakso mammoth ini.
Bakso, yang memiliki aroma daging buaya itu saat ini tidak untuk dikonsumsi.
"Proteinnya benar-benar berusia 4.000 tahun. Kami sudah lama tidak melihatnya. Itu berarti kami ingin mengujinya secara ketat, sesuatu yang akan kami lakukan dengan produk apa pun yang kami bawa ke pasar," kata Noakesmith.
Vow berharap untuk menempatkan daging budidaya di Uni Eropa, pasar di mana daging semacam Itu belum diatur sebagai makanan.
(Rahman Asmardika)