Wali Kota Tunja, Alejandro Funeme, mengatakan protokol tersebut dilaksanakan terlambat pada 14 Februari lalu, karena kekurangan dana.
Polisi setempat sedang menyelidiki insiden tersebut dan bekerja untuk mengidentifikasi penyerang, yang menghadapi tuduhan pembunuhan wanita.
Perempuan dan pembela hak asasi manusia sangat berisiko di Kolombia. Menurut Kantor Kejaksaan Agung Kolombia, pada 2022, 614 kasus femisida dilaporkan.
Menurut Human Rights Watch, sejak 2016, lebih dari 500 aktivis hak asasi manusia telah terbunuh di negara tersebut, menjadikannya salah satu negara paling mematikan bagi pembela hak asasi manusia di seluruh dunia.
(Susi Susanti)