"Penembakan masih berlangsung dan orang-orang tinggal di dalam rumah - ada begitu banyak kepanikan dan ketakutan,” ungkap saksi mata lain yang berbicara kepada BBC melalui saudara perempuannya yang berbasis di Kenya.
Warga tidak menyangka akan terjadi bentrokan. Banyak yang terjebak dalam perjalanan, dengan jembatan dan jalan ditutup dan banyak sekolah dikunci.
Duaa Tariq berbicara kepada BBC ketika sebuah pesawat militer terbang di atas gedungnya. "Mereka menembakkan peluru tajam ke atap rumah sebelah dan kami baru saja berlindung," katanya.
Perebutan kekuasaan antara tentara Sudan dan pasukan paramiliter itu telah menewaskan 27 orang dan hampir 200 terluka.
Di antara yang tewas adalah tiga pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang ditembak setelah kedua belah pihak baku tembak di sebuah pangkalan militer.
Seperti diketahui, pertempuran terjadi antara unit-unit tentara yang setia kepada pemimpin de facto, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan RSF, yang dipimpin oleh Wakil pemimpin Sudan, Mohamed Hamdan Dagalo yang juga dikenal sebagai Hemedti.