Tidak ada akses listrik
Elder mengatakan banyak orang di Sudan terjebak dan tidak memiliki akses listrik.
"Mereka takut kehabisan makanan, air, dan obat-obatan. Salah satu keprihatinan serius kami adalah tentang rumah-rumah sakit yang diserang," ujarnya.
Lebih lanjut Elder menjelaskan bahwa sebelum terjadinya konflik militer terbaru, Sudan sudah menjadi salah satu negara dengan tingkat kasus malnutrisi pada anak tertinggi di dunia.
"Dan kami sekarang menghadapi situasi di mana dukungan penyelamat hidup kritis bagi sekitar 50.000 anak terancam," tuturnya.
Pertempuran itu juga menimbulkan risiko terhadap "rantai dingin" di Sudan, termasuk untuk pengadaan vaksin dan insulin senilai lebih dari USD40 juta (sekitar Rp597,4 miliar) karena terputusnya pasokan listrik dan ketidakmampuan untuk mengisi kembali generator dengan bahan bakar.
UNICEF juga mendapat laporan tentang anak-anak yang berlindung di sekolah dan pusat perawatan sementara pertempuran berkecamuk di sekitar mereka, dan rumah sakit anak-anak terpaksa dievakuasi saat baku tembak semakin dekat.
Elder mengatakan bahwa sebelum meningkatnya kekerasan di Sudan, kebutuhan kemanusiaan untuk anak-anak di negara itu tinggi, dengan tiga perempat anak diperkirakan hidup dalam kemiskinan ekstrem.