Menurut Gubernur Khofifah, misi dagang antara Jawa Timur dengan Lampung memiliki potensi yang sangat strategis. Hal ini dikarenakan neraca perdagangan dari kedua provinsi mengalami surplus Rp20,56 triliun.
Hal tersebut dapat dilihat dari data yang dirilis BPS yang mencatat nilai pembelian atau bongkar dari Lampung ke Jawa Timur sebesar Rp570,92 miliar. Sedangkan total nilai penjualan atau muat dari Jawa Timur ke Lampung sebesar Rp20,56 triliun, sehingga total nilai perdagangan kedua provinsi senilai Rp21,2 triliun.
"Jawa Timur berkontribusi sebesar 4,63 persen terhadap total nilai penjualan Lampung dan berkontribusi sebesar 50,48 persen terhadap total nilai pembelian Lampung," tutur Khofifah.
Pada Triwulan I 2023 ekonomi Jawa Timur sebesar 4,95 persen (y-to-y). Angka tersebut diikuti dengan kontribusi PDRB Jatim terhadap PDB Nasional senilai 14,29 persen. Sedangkan PDRB Jatim triwulan I tahun 2023 Rp712,63 triliun.
Bagi Jawa Timur terdapat tiga sektor yang menjadi penopang utama struktur ekonomi, yaitu sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian.
"Pada periode Triwulan I 2023, sektor industri memberikan kontribusi 31,00 persen terhadap PDRB Jawa Timur, sektor perdagangan 19,13 persen dan sektor pertanian sebesar 10,76 persen. Sedangkan 14 sektor lainnya memberikan kontribusi sebesar 39,11 persen terhadap PDRB Jawa Timur," katanya.
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, perdagangan antar wilayah memberikan kontribusi yang cukup siginifikan bagi neraca perdagangan barang dan jasa Jawa Timur. Berdasarkan data BPS, surplus perdagangan barang dan jasa Jawa Timur lebih banyak disumbangkan oleh perdagangan antar daerah.
Pada Triwulan IV 2022, ketika net ekspor perdagangan luar negeri defisit Rp133,3 triliun, justru net ekspor perdagangan antar daerah menunjukkan surplus Rp323,47 triliun, sehingga secara total neraca perdagangan barang dan jasa Jawa Timur mengalami surplus Rp190,17 triliun.