Sang raja pun memaafkan pamannya dengan sikapnya yang membangkang, dan bersumpah bahwa tidak pernah ada niat padanya untuk membunuhnya, melainkan sekadar akan mencabut kekuasaannya. Setelah itu, kedua belah pihak menjadi rukun kembali dan pulanglah mereka ke Istana masing-masing.
Ratu Ibu yang mengenal jiwa putranya, telah berhasil mengalihkan kecenderungan putranya yang salah itu ke arah yang lebih baik.
Keesokan paginya, ketika Pangeran Purbaya menghadap, raja masih juga lembut hatinya. Diizinkannya pamannya datang ke Istana kapan saja dikehendakinya, seraya dipujinya setinggi-tingginya pandangan ibunya yang jauh ke depan, yang telah mencegah banyak pertumpahan darah. Sesungguhnya-lah tahun-tahun pertama pemerintahannya tenang dan damai sifatnya.
(Arief Setyadi )