Qin mengatakan Taiwan adalah "risiko paling menonjol" untuk hubungan China-AS dan menggambarkan masalah Taiwan sebagai salah satu "kepentingan inti China".
China melihat Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai provinsi yang memisahkan diri yang pada akhirnya akan berada di bawah kendali Beijing, tetapi Taiwan melihat dirinya berbeda dari China daratan dengan konstitusi dan pemimpinnya sendiri. Presiden AS Joe Biden mengatakan pada tahun lalu bahwa AS akan membela Taiwan jika terjadi serangan dari China, sebuah langkah yang dikutuk oleh Beijing.
Qin menyapa Blinken pada Minggu (18/6/2023) pagi di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, sebuah perkebunan mewah yang biasanya menampung tamu-tamu pejabat tinggi.
Keduanya berjabat tangan saat mereka berdiri di depan bendera masing-masing, lalu duduk bersama delegasi mereka di meja panjang untuk memulai pertemuan mereka.
Sambutan itu bersifat bisnis, menggarisbawahi hubungan dingin yang telah berkembang antara kedua negara adidaya dalam beberapa tahun terakhir.
AS telah menurunkan ekspektasi untuk perjalanan tersebut dan kedua belah pihak telah menjelaskan bahwa mereka tidak mengharapkan adanya terobosan besar.
Perang di Ukraina, perselisihan perdagangan atas teknologi komputer canggih, epidemi obat fentanil di AS dan perilaku hak asasi manusia China adalah semua topik yang diharapkan akan dibahas oleh orang Amerika.