JAKARTA – Kursi Gubernur DKI Jakarta kerap diperebutkan banyak orang. Beberapa tokoh yang pernah mendudukinya berasal dari berbagai latar belakang. Seperti politisi, nonpartai, hingga militer.
Berikut sederet gubernur DKI Jakarta yang berlatar belakang militer.
1. Soeprapto
Raden Soeprapto berasal dari kalangan militer. Soeprapto pernah menjabat sebagai Komandan Pasukan Infanteri, Wakil Komandan Batalyon, hingga Pangdam XVII Udayana.
Dia menjabat Gubernur DKI Jakarta periode 1982 sampai 1987. Konsep yang digunakan Soeprapto saat menjabat Gubernur DKI adalah stabilitas, keamanan, dan ketertiban. Dia juga dikenal dengan Master Plan DKI Jakarta untuk periode 1985-2005, yang kini dikenal dengan Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Bagian Wilayah Kota. Salah satu upaya Soeprapto yang paling terkenal adalah gagasannya mengenai rencana pembangunan Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Kawasan Cengkareng, Jakarta Barat (kini masuk kawasan Tangerang).
2. Soerjadi Soedirdja
Letnan Jenderal (Purn) Soerjadi Soedirdja lulus dari Akademi Militer 1962. Dia pernah bertugas Kasdam IV Diponegoro Jawa Tengah dari tahun 1986 hingga 1988. Setelah itu, dia dipercaya menjadi Pangdam Jaya hingga 1990. Terakhir, Soerjadi ditugaskan menjadi Asisten Sospol ABRI sampai 1992. Dia menjabat sebagi Gubernur DKI Jakarta pada 1992 hingga 1997.
Saat terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, Soerjadi membuat berbagai kebijakan yang masih dapat dirasakan hingga saat ini, seperti pembangunan rumah susun, memperbanyak kawasan hijau, serta membangun jejaring jalan tol dalam kota dan luar kota. Dia juga pernah berinisiasi untuk menjalankan proyek kereta api bawah tanah yang sayangnya tidak terwujud dan baru terealisasikan di masa jabatan Gubernur Anies Baswedan.
3. Sutiyoso
Letnan Jenderal (Purn) TNI Sutiyoso pernah menjabat sebagai Asisten Personel, Asisten Operasi, dan Wakil Komandan Jenderal Kopassus pada 1988 hingga 1992. Pada 1994, dia terpilih sebagai komandan resimen terbaik ketika menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Jaya.
Purnawirawan jenderal bintang tiga ini pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta selama dua periode, yaitu dari 1997 hingga 2007.
Sebagai Gubernur DKI, Sutiyoso dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Dia kerap membuat kebijakan polemik, seperti peluncuran bus TransJakarta yang sempat ditentang beberapa pihak karena mengurangi jalur jalan. Pada 2007, Sutiyoso mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2007 tentang peniadaan semua ternak unggas di permukiman. Oleh karenanya, tercatat ada lebih dari 100.000 unggas di permukiman dimusnahkan hingga 31 Januari 2007.
4. Ali Sadikin
Ali Sadikin berkiprah di dunia militer, sebelum dilantik sebagai Gubernur DKI. Sosok yang lahir pada 7 Juli 1926 ini aktif di Korps Komando TNI Angkatan Laut dan pernah menempati posisi sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut. Ia juga sempat menjadi Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja dan Menteri Koordinator Kompartemen Maritim (Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora).
Dia tercatat menjadi gubernur ke-7 DKI Jakarta. Dilantik oleh Presiden Soekarno pada 28 April 1966, Ali Sadikin memimpin DKI Jakarta hingga 1972. Semasa menjabat, Ali Sadikin yang dikenal dengan sapaan Bang Ali ini melakukan banyak perubahan pada wajah Ibu Kota. Pembangunan Kebun Binatang Ragunan, Taman Ismail Marzuki, Taman Ria Monas, dan pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet merupakan beberapa di antara proyek Bang Ali. Seiring dengan pembangunan, Ali Sadikin juga melahirkan berbagai kebijakan yang membawa Ibu Kota ke arah lebih baik.
5. Wiyogo Atmodarminto
Wiyogo Atmodarminto atau sapaan akrabnya Bang Wi , pernah berkiprah dalam dunia militer. Dia pernah menjabat sebagai Panglima Kowilhan II pada 1981-1983 dan Panglima Kostrad pada 1978-1980 dengan pangkat Letjen TNI. Selain itu, ia juga pernah terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.
Dia merupakan Gubernur DKI Jakarta yang menjabat dalam periode 1987 sampai 1992.
Pria kelahiran 22 November 1922 ini dikenal sebagai gubernur yang terbuka dan disiplin. Saat menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta, Bang Wi menerapkan konsep BMW yaitu Bersih, Manusiawi, dan Wibawa untuk mengatasi berbagai masalah di Ibu Kota. Ia getol melakukan program kerjanya, seperti pengoptimalan pengunaan tanah, perbaikan sanitasi, dan mengatasi persoalan transportasi umum. Salah satunya yang paling kontroversial adalah penghapusan becak dari jalanan Jakarta. Bang Wi menganggap becak sebagai penyebab kemacetan dan transportasi kuno. Para tukang becak ini dialihkan menjadi sopir angkot atau bus kota.
(Susi Susanti)