MOSKOW – Tokoh propaganda Rusia menuding pimpinan kelompok Wagner Yevgeny Prigozhin “keluar jalur” setelah rubel dana publik. Hal itu disampaikan Dmitry Kiselev setelah pasukan Wagner melakukan pemberontakan singkat bulan lalu.
"Prigozhin keluar jalur karena uang besar," kata Kiselev, salah satu wajah utama mesin propaganda Rusia, dalam acara televisi mingguannya pada Minggu, (1/7/2023).
"Dia pikir dia bisa menantang Kementerian Pertahanan, negara itu sendiri, dan presiden secara pribadi."
Kisilev mengatakan bahwa operasi Wagner di Suriah dan Afrika telah memberi Prigozhin perasaan tak bisa disentuh, yang kemudian diperkuat oleh keberhasilan medan perang pasukannya di timur Ukraina.
Tanpa memberikan bukti apa pun, Kisilev mengatakan Wagner telah menerima lebih dari 858 miliar rubel (sekira Rp145,5 triliun) dana negara.
Dalam pengakuan mengejutkan awal pekan ini, Presiden Vladimir Putin mengatakan untuk pertama kalinya bahwa otoritas Rusia "sepenuhnya" membiayai pasukan paramiliter tersebut.
Antara Mei 2022 dan Mei 2023, Wagner menerima lebih dari 86 miliar rubel dari negara Rusia, kata Putin, sebagaimana dilansir dari Moscow Times.
Kelompok tentara bayaran swasta dilarang di bawah hukum Rusia.
Ditargetkan oleh sanksi dari Washington dan Brussels, Prigozhin selama bertahun-tahun beroperasi dalam bayang-bayang tetapi telah menarik perhatian sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022.
Dalam kecaman yang tidak senonoh, dia menuduh militer Rusia berusaha untuk "mencuri" kemenangan dari Wagner di Ukraina timur dan mengecam "birokrasi mengerikan" Moskow karena memperlambat kemenangan militer.
Prigozhin diizinkan untuk merekrut pejuang dari penjara dan pada Maret anggota parlemen Rusia menyetujui undang-undang yang memperkenalkan hukuman penjara yang panjang bagi mereka yang mengkritik "kelompok sukarelawan" seperti Wagner.
Banyak pengamat politik melihat upaya pemberontakan Prigozhin sebagai tanda melemahnya cengkeraman kekuasaan Putin.
Namun, para pejabat dan propagandis Moskow bersikeras bahwa Rusia telah mendukung Putin.
Pada Minggu, Vyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen Rusia, menulis bahwa Putin keluar dari "situasi yang sangat sulit ini" bahkan lebih kuat.
"Dia melakukan segalanya untuk mencegah pertumpahan darah," tulis Volodin di aplikasi perpesanan Telegram.
"Jika ada orang seperti Putin yang memimpin negara pada 1917 dan 1991, tidak akan ada revolusi dan tidak akan ada runtuhnya Uni Soviet."
(Rahman Asmardika)