Adapun kekejaman yang disaksikan oleh mantan tentara Kim Jae-kyung telah membuatnya bergumul dengan PTSD, dan rentan terhadap ledakan kemarahan. Dia sedang menunggu untuk mengetahui apakah dia akan didenda karena melanggar hukum, untuk ikut perang, sementara paspornya telah dibekukan.
"Kita harus melakukan apa yang kita bisa untuk mengakhiri ini secepat mungkin, dan mencegah kejahatan perang lebih lanjut," katanya.
Seperti diketahui, setelah berminggu-minggu memasuki serangan balasannya, Ukraina membakar amunisi lebih cepat daripada yang dapat diproduksi sekutunya.
Sementara Korea Selatan dengan hati-hati duduk di salah satu timbunan peluru terbesar di dunia. Dengan konfliknya sendiri dengan Korea Utara yang masih belum terselesaikan, Korsel tidak tahu kapan peluru itu akan dibutuhkan.
Tidak hanya itu, dengan industri pertahanannya yang berkembang pesat, Korsel bisa menghasilkan tank dan senjata lain dengan kecepatan yang hanya dapat diimpikan oleh negara-negara di Eropa.
Sejak dimulainya perang Ukraina, tekanan telah meningkat di Seoul untuk mengirim senjatanya ke Kyiv, dari negara anggota AS, Inggris, dan UE. Mereka telah mengundang Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol ke KTT NATO minggu depan di Vilnius.
Duta Besar Ukraina untuk Korea Selatan, Dmytro Ponomarenko, mengatakan kepada saya menjelang KTT bahwa dia yakin senjata Korea Selatan dapat "mengubah arah perang".