Dari sana perlahan kariernya merambat naik. Serdadu yang pernah mengenyam keras dan disiplinnya pendidikan di Fort Benning, Amerika Serikat itu berturut-turut dipercaya sebagai Pangdam III/17 Agustus, Pangdam Diponegoro, Pangkowilhan I, dan Pangkowilhan II. Setelah itu dia dipercaya Presiden Soeharto menjabat KSAD menggantikan Jenderal TNI Makmun Murod.
“Dengan telah diangkatnya sebagai KSAD, berarti perjalanan karier Letjen TNI Widodo meningkat pada jenjang tertinggi di lingkungan TNI AD. Sebagai konsekuensi logis, tanggung jawabnya pun semakin berat,” tulis Dinas Sejarah Angkatan Darat dalam buku biograf ‘Jenderal TNI R Widodo, Potret Dedikasi Seorang Prajurit kepada Bangsa’.
Dikenal sebagai jenderal lincah dengan keberanian dan intelektual, salah satu hal paling mencolok yang dilakukan KSAD R Widodo yakni pembentukan Forum Komunikasi (Fosko) TNI AD. Forum ini ruang bagi para purnawirawan TNI AD untuk memberikan masukan dan menyampaikan unek-unek mereka kepada pimpinan AD.
Menjadi masalah lantaran anggota Fosko TNI AD kebanyakan purnawirawan jenderal yang selama ini sangat galak terhadap Soeharto. Sebut saja misalnya Letjen TNI (Purn) GPH Djatikoesoemo, Letjen TNI (Purn) M Jassin, Mayjen TNI (Purn) Achmad Sukendro, hingga Letjen TNI (Purn) HR Dharsono.