JAKARTA – Penemuan bangunan pesantren peninggalan Sunan Bonang terungkap berkat ditemukannya reruntuhan di dekat makam Jejeruk, Desa Bonang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Dari reruntuhan itu terlihat susunan batu bata tebal dan besar seperti di candi majapahit di Trowulan.
Hal ini terungkap oleh seorang santri bernama Gus Syaiful. Syaiful diketahui akan embuat pesantren di atas Pasujudan Sunan Bonang.
Ia membuat pesantren di pinggir hutan Bonang. Sekitar 100 meter dari pesantren itu terdapat reruntuhan yang menyerupai bukit tertutup dedaunan.
Ia menduga bangunan itu pesantren peninggalan Sunan Bonang. Di sekelilingnya dia melihat di bawah bangunan itu ada semacam pondasi masih tertimbun di bawah tanah. Dari jauh kelihatan seperti gundukan tanah yang agak tinggi.
Selain itu, ia juga menemukan pecahan-pecahan gerabah dan sumur tua di sekitar lokasi bangunan itu. Terdapat juga lempengan batu yang tertata rapi.
Desa Bonang terletak di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Bonang bisa ditempuh dari kota Rembang ke arah Tuban sekitar 17 km.
Sebagai informasi, Sunan Bonang diperkirakan lahir pada pertengahan abad ke-15 M dan wafat pada awal abad ke-16 M. Ada yang memperkirakan wafat pada tahun 1626 atau 1630, ada yang memperkirakan pada tahun 1622 (de Graff & Pigeaud 1985:55).
Dia adalah ulama sufi, ahli dalam berbagai bidang ilmu agama dan sastra. Juga dikenal ahli falak, musik dan seni pertunjukan. Sebagai sastrawan dia menguasai bahasa dan kesusastraan Arab, Persia, Melayu dan Jawa Kuno.
Nama aslinya ialah Makhdum Ibrahim. Dalam suluk-suluknya dan dari sumber-sumber sejarah lokal ia disebut dengan berbagai nama gelaran seperti Ibrahim Asmara, Ratu Wahdat, Sultan Khalifah dan lain-lain (Hussein Djajadiningra 1913; Purbatjaraka 1938; Drewes 1968).
Nama Sunan Bonang diambil dari nama tempat sang wali mendirikan pesujudan (tempat melakukan `uzlah) dan pesantren di desa Bonang, tidak jauh dari Lasem di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur sekarang ini.
Tempat ini masih ada sampai sekarang dan ramai diziarahi pengunjung untuk menyepi, seraya memperbanyak ibadah seperti berzikir, mengaji al-Quran dan tiraqat (Abdul Hadi W. M. 2000:96- 107).
(Susi Susanti)