NEW YORK – Amerika Serikat (AS) mengatakan sebuah baling-baling pesawat tak berawak atau drone AS rusak parah ketika sebuah jet Rusia menembakkan suar saat terbang "berbahaya" di atas drone itu di Suriah.
Militer AS menuduh jet Rusia mengabaikan keselamatan penerbangan secara terang-terangan.
Insiden yang terjadi pada 23 Juli lalu itu adalah yang terbaru dari serangkaian pertemuan "mendebarkan" antara pesawat Rusia, AS, dan China.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Selasa (25/7/2023), militer AS mengatakan bahwa pesawat tempur Rusia telah mengganggu drone tersebut saat sedang dalam misi melawan Negara Islam pada Minggu (23/7/2023).
Komando Pusat AS - yang mengawasi operasi di Timur Tengah - mengatakan jet itu menyebarkan suar dari posisi tepat di atas kepala, dengan jarak hanya beberapa meter antar pesawat.
Menurut AS, meski rusak, drone MQ-9 Reaper dapat diarahkan kembali ke pangkalannya dari jarak jauh.
"Kami menyerukan kepada Rusia di Suriah untuk segera mengakhiri perilaku sembrono, tidak beralasan, dan tidak profesional ini,” terang Letnan Jenderal Alex Grynkewich, dari Komando Pusat, dikutip BBC.
Rusia belum mengomentari insiden terbaru, namun awal pekan ini menuduh AS dan sekutu jet dan drone melanggar wilayah udara Suriah.
Moskow juga menuduh AS dan sekutunya melanggar protokol "dekonfliksi" yang dibuat pada 2019 untuk menghindari konfrontasi di langit Suriah.
BBC telah menghubungi kedutaan Rusia di Washington DC untuk dimintai komentar.
Seperti diketahui, pasukan AS masih rutin melakukan misi udara dan darat bersama pasukan sekutu di Suriah dan Irak.
Militer AS mengatakan pada Juni saja, pasukan AS melakukan 37 serangan mendadak yang mengakibatkan 13 anggota ISIS tewas dan 21 ditahan.
Komandan AS menegaskan misi-misi ini semakin diganggu oleh pesawat Rusia.
Dia memberi contoh pada 7 Juli lalu, militer Amerika mengatakan pasukan Rusia ‘mendekati’ pesawat tak berawak AS lainnya selama dua jam tak lama sebelum pesawat tak berawak itu membunuh seorang pemimpin ISIS di Suriah timur.
Kemudian, kurang dari dua minggu, pada 16 Juli lalu, sebuah jet Rusia terbang mendekati pesawat pengintai AS berawak, memaksanya terbang melalui turbulensi, dan membahayakan keempat awaknya.
Insiden serupa - termasuk setidaknya satu tabrakan antara drone Rusia dan jet AS - telah dilaporkan di Laut Hitam dan Baltik.
Tetapi Profesor Case Western University Michael Scharf, mantan penasihat hukum departemen luar negeri, mengatakan kepada BBC jika AS berada di landasan hukum yang goyah di Suriah.
"Rusia telah diundang oleh rezim Assad," katanya.
"Ironisnya di sini adalah bahwa Rusia memiliki klaim hukum yang lebih baik,” lanjutnya.
Prof Scharf mengatakan bahwa sementara insiden seperti itu dulu dilihat sebagai awal yang sangat menakutkan untuk perang, namun kali ini ‘pertemuan’ pesawat-pesawat tempur ini bisa terus meningkat.
"Tidak ada reaksi berlebihan dan Rusia memiliki ikan yang lebih besar untuk digoreng di Ukraina," ujarnya.
Pertemuan "berdengung" lainnya juga telah dilaporkan antara pesawat AS, Kanada, dan China yang beroperasi di Pasifik.
(Susi Susanti)