Kisah Tsutomu Yamaguchi Selamat dari Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis
Senin 07 Agustus 2023 07:00 WIB
Ilustrasi bom atom Hiroshima dan Nagasaki (Foto: istimewa/Okezone)
Share :

Namun perjalanan dari tempat penampungan menuju stasiun kereta sungguh ibarat film horor yang menggambarkan kengerian. Api masih berkobaran di sana-sini, bangunan-bangunan hancur, mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan, sebagian meleleh dan hangus terbakar. Kulit para korban digambarkan ibarat lelehan plastik yang tergantung, terkupas dari tubuh mereka.

Jembatan-jembatan di Hiroshima telah hancur. Yamaguchi ingat, di sebuah sungai, dengan wajah dan lengan penuh luka akibat bom atom, ia terpaksa berenang melewati tumpukan mayat yang mengambang agar bisa sampai ke stasiun.

Sesampainya di stasiun, kereta yang dinaiki Yamaguchi penuh dengan penumpang yang mengalami luka bakar akibat bom. Kebanyakan dari mereka berada dalam keadaan linglung. Hari itu Yamaguchi naik kereta malam ke kampung halaman di Nagasaki, tempat ia lahir dan menghabiskan masa kecilnya.

Ia berharap mendapatkan rasa aman dan perawatan di sana. Sama sekali ia tidak tahu, apa yang akan segera menimpanya.

Kemudian saat tiba di Nagasaki tanggal 8 Agustus 1945, Yamaguchi langsung mengunjungi sebuah rumah sakit untuk dirawat oleh seorang dokter yang tidak lain adalah teman sekolahnya. Namun karena luka bakar yang menghitam di lengan dan wajahnya, dokter itu tidak dapat langsung mengenali Yamaguchi. Saat ia kembali ke rumah penuh dengan bebatan perban, ibunya bahkan sempat mengira ia hantu.

Meski sama sekali belum pulih dari luka-lukanya, Yamaguchi memutuskan berangkat ke kantor Mitsubishi kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945 untuk melapor. Arus informasi saat itu berbeda jauh dengan sekarang.

Hari itu, orang-orang di Nagasaki sama sekali tidak tahu apa yang telah menimpa Hiroshima. Sekitar pukul 11 pagi, ia bertemu dengan seorang direktur yang menginginkan laporan penuh tentang kejadian di Hiroshima. Ia pun melaporkan semua yang ia ingat, tentang cahaya yang membutakan mata, tentang suara ledakan yang menulikan telinga.

Namun atasannya ragu dan bertanya, bagaimana mungkin sebuah bom bisa menghancurkan keseluruhan kota?

Tepat pada saat itulah, saat Yamaguchi hendak menyakinkan atasannya, kilatan cahaya membutakan yang sama seperti di Hiroshima kembali terlihat. Yamaguchi tersungkur ke lantai, lukanya kembali menganga, kali ini luka itu penuh debu dari bangunan yang hancur di sekitarnya.

“Saya pikir, awan jamur itu telah mengikuti saya dari Hiroshima,” ujar Yamaguchi kepada harian The Independent dinukil dari DW, Senin (7/8/2023).

Untuk kedua kalinya, Yamaguchi kembali mengalami ledakan bom atom, kali ini, ia juga selamat. Yang ada dalam ingatan Yamaguchi saat itu adalah anak dan istrinya.

Yamaguchi bergegas pergi dari reruntuhan kantornya menuju rumah. Ketakutannya membuncah ketika melihat satu sisi rumahnya telah menjadi puing-puing. Namun ternyata, istri dan anaknya yang saat itu berusia 5 bulan selamat dan hanya menderita luka ringan. Hari itu, istri Yamaguchi bersama bayinya pergi keluar rumah guna mencari salep untuk obat luka bakar suaminya.

Saat bom menghajar, ia dan bayinya berlindung di sebuah lorong. Jika saja Yamaguchi tidak terluka akibat bom atom di Hiroshima, istri dan bayinya hari itu mungkin tidak akan keluar rumah untuk mencari salep kulit. Kemungkinan mereka akan tetap tinggal di rumah dan terbunuh bom atom Nagasaki.

Setelah perang usai, Yamaguchi bekerja dan kembali hidup relatif normal. Namun trauma atas pengalaman mengerikan tersebut tetap bersamanya. Luka-luka batin itu ia keluarkan dalam bentuk puisi.

Awalnya Yamaguchi tidak begitu banyak bercerita tentang traumanya, khawatir keluarganya mengalami diskriminasi. Namun pada tahun-tahun akhir hidupnya, Yamaguchi tergerak untuk lebih banyak lagi memperingatkan generasi muda tentang penderitaan para korban akibat senjata nuklir serta bahaya radiasinya.

Suatu saat di markas PBB di New York tahun 2006, Yamaguchi mengatakan bahwa dalam pepatah Jepang ada ungkapan “Yang terjadi dua kali, akan terjadi tiga kali. Tapi bom atom ketiga tidak boleh terjadi,” ujarnya.

“Kita harus berupaya sekuat tenaga supaya ini tidak terjadi,” timpal dia.

Setelah mengalami semua penderitaannya, Yamaguchi baru secara resmi diakui oleh pemerintah Jepang sebagai korban selamat, dengan status Eniijuu hibakusha pada tahun 2009. Hanya setahun setelah mendapatkan pengakuan dari pemerintah, Tsutomu Yamaguchi meninggal dunia tahun 2010 pada usia 93 tahun.

(Fakhrizal Fakhri )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya