Waitaa dan Bendigo bergabung dengan sepasang takahe yang sudah dilepasliarkan di cagar alam Zealandia di Pulau Utara, yang dikelilingi oleh pagar yang tidak termasuk predator.
Burung asli Selandia Baru berevolusi sebelum mamalia muncul dan rentan terhadap pemangsaan predator darat yang dibawa oleh pemukim manusia.
Pelepasan sembilan pasangan usia kawin pada minggu lalu di Stasiun Greenstone di kawasan Danau Whakatipu merupakan upaya untuk membangun populasi liar ketiga di Pulau Selatan di mana burung-burung tersebut memiliki makna budaya dan spiritual khusus.
Populasi liar lainnya berada di Pegunungan Murchison di Fiordland dan di Taman Nasional Kahurangi, tempat takahe pertama kali dilepasliarkan pada 2018.
“Setelah kerja keras selama puluhan tahun untuk meningkatkan populasi takahe, kini ada manfaatnya jika kita fokus pada peningkatan populasi takahe liar, namun hal ini juga memiliki tantangan,” kata Deidre Vercoe dari Doc setelah pelepasan pada minggu lalu.
“Menciptakan populasi spesies asli liar yang baru membutuhkan waktu dan tidak ada jaminan kesuksesan. Jika kita ingin takahe berkembang, kita perlu menjelajahi lokasi baru dan belajar sebanyak yang kita bisa untuk melindungi burung-burung tersebut sekarang dan di masa depan,” lanjutnya.