Sebaliknya, lanjut Kang Emil, apabila memilih sesuai kapasitas, hal itu dinamakan meritokrasi. Hanya orang-orang terpilih yang nantinya akan memimpin.
"Demokrasi gak begitu. One man one vote. Apakah karena penampilannya, kesukuannya, maaf yah, agamanya, apakah wani pironya last minute, gak ada yang tau," ujarnya.
BACA JUGA:
Oleh karena itu, Kang Emil berharap, masyarakat bisa menyalurkan pilihannya dengan bijak. Melihat dari berbagai sisi siapa yang nanti akan dipilih untuk memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.
"Saya hanya berdoa, karena negeri ini sudah memilih demokrasi, mudah-mudahan berkualitas, lebih banyak rasional voters, dibanding emosional voters," tandasnya.
BACA JUGA:
(Nanda Aria)