2. Nusantara (1336 Masehi)
Setelah berabad-abad lamanya, nama Dwipantara berganti menjadi Nusantara. Nama ini pertama kali digunakan pada masa Kerajaan Majapahit. Hal ini dapat dilihat dari isi Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada pada tahun 1336.
Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah Nusantara mencakup seluruh wilayah Indonesia dengan berpedoman pada politik Mitreka Satata yang berarti persahabatan dengan tetangga. Hal ini dikuatkan dengan catatan pada buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca.
3. Hindia (1497 Masehi)
Nama Nusantara berganti nama menjadi Hindia pada tahun 1497 setelah kedatangan bangsa Eropa. Nama ini diberikan oleh penjelajah asal Portugis bernama Vasco Da Gama yang menemukan kepulauan Indonesia pada abad ke-15.
Kala itu, Vasco Da Gama yang tengah mencari rempah-rempah dari Eropa menemukan sebuah kepulauan yang merupakan wilayah Indonesia. Nama Hindia dipilih karena sesuai dengan letaknya yang berbatasan dengan Samudera Hindia.
4. Hindia-Belanda (1596 Masehi)
Pada tahun 1596, Belanda datang ke wilayah Hindia dan berhasil melakukannya di bawah pimpinan Cornelis De Houtman. Nama Hindia kemudian diubah menjadi Hindia-Belanda.
Nama tersebut dipakai untuk menekankan bahwa wilayah Hindia (Indonesia) adalah wilayah kekuasaan dari Belanda. Pada masa ini, seluruh orang Eropa juga menyebut Indonesia sebagai Hindia-Belanda.
5. Insulinde (1860 Masehi)
Pada tahun 1860, seorang Belanda bernama Edward Douwes Dekker mengusulkan pemberian nama baru untuk Hindia Belanda. Hal ini dilakukan karena Douwes Dekker jijik dengan perlakuan Belanda terhadap rakyat Indonesia sehingga nama Hindia-Belanda mendapat stigma negatif dari dunia internasional.
Douwes Dekker kemudian mengusulkan untuk nama Hindia Belanda diganti dengan nama Insulinde. Insulinde ini berasal dari kata "Insula" yang dalam bahasa latin berarti kepulauan. Secara utuh, Insulinde berarti Kepulauan Hindia.