Sementara beberapa orang dengan damai mengibarkan bendera dan poster, yang lain terlihat terluka dan berlumuran darah.
“Pihak berwenang kami telah meninggalkan Artsakh,” kata politisi oposisi Avetik Chalabyan kepada massa, menggunakan nama Armenia untuk Karabakh, dikutip BBC.
"Musuh ada di depan pintu kita. Kita harus mengubah otoritas untuk mengubah kebijakan nasional," tambahnya, sementara anggota parlemen lainnya menyerukan prosedur pemakzulan terhadap perdana menteri.
Pengunjuk rasa lainnya, Sargis Hayats, mengatakan Pashinyan "harus pergi".
"Kami kehilangan tanah air kami, rakyat kami." Sekitar 120.000 etnis Armenia tinggal di Nagorno-Karabakh,” terangnya kepada kantor berita AFP.
Pada Selasa (19/9/2023), militer Azerbaijan melancarkan operasi “anti-teror” yang menuntut pasukan Karabakh menyerah dan membubarkan “rezim ilegal” mereka.
Tidak dapat memperoleh dukungan apa pun dari Armenia karena jalan utama diblokir oleh Azerbaijan sejak Desember, etnis Armenia segera menyerah.