SETELAH terpukul hebat oleh pandemi COVID-19, bisnis pernikahan di China kini menghadapi ancaman yang lebih besar: menurunnya jumlah pasangan yang ingin menikah.
Menurunnya minat orang menikah merupakan tren yang mengkhawatirkan bagi para pemilik bisnis pernikahan di China, sebuah industri yang diperkirakan bernilai hampir USD500 miliar tiga tahun lalu atau sebelum pandemi menghantam dunia.
Yuan Jialiang pernah mengelola bisnis pernikahan skala penuh selama hampir satu dekade di Shanghai. Namun kini pprofesinya bukan lagi wedding planner tapi fotografer, karena permintaan atas jasanya menurun signifikan.
“Dalam proses peralihan dari bisnis pernikahan ke fotografi pernikahan, saya mulai menyadari bahwa sebenarnya tuntutan pasangan terhadap fotografi dan videografi tidak akan berubah. Tidak peduli bagaimanapun format pernikahannya, tidak peduli bagaimana skala pernikahannya, mereka masih memiliki keinginan untuk mengabadikan momen berharga ini. Jadi saya telah membuat perubahan karier yang tepat," jelasnya sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia.
Industri pernikahan China telah mengalami masa sulit selama pandemi ini, ketika banyak pasangan menunda rencana mengikat hubungan secara resmi.
BACA JUGA:
Ada 6,8 juta pernikahan di berbagai penjuru China tahun lalu, 800.000 lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2021 dan merupakan angka terendah sejak pemerintah mulai mempublikasikan data tersebut pada 1986.
Kini, ancaman yang lebih besar muncul pada pasangan yang kurang bersedia untuk mengadakan pesta pernikahan besar-besaran.